“Mau tidak mau, gereja terpengaruh dengan situasi politik yang kian memanas ini. Gereja harus tahu bagaimana berani dan mengambil sikap dengan semua ini,” katanya.
Dia pun menjabarkan bahwa ada tiga fakta yang tercermin dari data dan hasil survei.
“Pertama, polarisasi dan keterbelahan itu masih ada sampai sekarang, dan itu mempengaruhi semuanya, baik mayoritas, secara suku dan agama, ataupun minoritas. Kedua, karena adanya polarisasi tersebut, politik identitas masih sangat laku dijual di Indonesia, dan yang ketiga, saat politik identitas itu laku, maka kita akan melihat ada calon-calon pemimpin yang menggunakan politik identitas juga,” jelasnya.
Yunarto pun mengingatkan kepada peserta seminar.
“Sebagai warga negara Indonesia, kita harus bersikap. Kita bebas memilih, tetapi lewat pemilu ini kita tidak boleh membawa perpecahan serta mencetak politisi yang memakai politik identitas,” tandasnya.
Komentar