Fenomena ini, tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah negara Asia lainnya, juga menjadi locus konflik kepentingan antara harimau dan manusia, yang umumnya dimenangkan oleh manusia.
Lebih dari 1400 Harimau Tewas di Asia
Sementara sebuah kompilasi laporan terkini yang dirilis oleh lembaga yang melakukan monitoring dan pencegahan perdagangan satwa liar dunia, TRAFFIC menyatakan setidaknya 1425 ekor harimau sudah ditangkap di Asia dalam 13 tahun terakhir. Namun dari information di dalam laporan berjudul Reduced to Skin and Bones Revisited yang meliputi 13 negara, Kamboja adalah yang terparah, tak ada information jumlah penangkapan harimau yang tercatat selama periode tersebut.
Salah satu gudang di Cina berisi tumpukan kult harimau yang siap diolah untuk dijual. Perburuan liar harimau untuk diambil kulitnya menjadi salah satu penyebab hilangnya populasi harimau secara drastis di dunia.
Dalam análisis laporan ini terlihat jelas bahwa kendati upaya perlawanan dan pencegahan terus dilakukan dalam perdagangan bagian-bagian tubuh harimau, namun kondisi di lapangan membuktikan bahwa hal ini tetap menjadi perhatian utama karena masih terus terjadi, ungkap TRAFFIC. Sekitar 654 ekor harimau dibunuh dan bagian tubuhnya diperjualbelikan, mulai dari kulit hingga tulang, lalu gigi, telapak kaki dan tengkoraknya selama periode ini, atau sekitar 110 ekor harimau mati diburu setiap tahun, dengan angka rata-rata dua ekor atau lebih setiap minggunya.
Peristiwa yang terjadi di Aceh Tamiang, kembali mengingatkan, bahwa manusia masih menjadi momok menakutkan bagi satwa-satwa besar yang dilindungi. Serangan harimau Sumatera terhadap pencari gaharu, tak perlu terjadi seandainya kita bijaksana dalam berperilaku di dalam hutan. Dan jangan pernah lupa, manusia bukan mahluk tunggal penghuni Bumi ini.
sumber: suara-alam.com
Komentar