Konflik Manusia Dan Harimau, Salah Siapa?

Tak hanya di Aceh, peristiwa serupa juga terjadi di beberapa kawasan lain di Sumatera. Akibat hilangnya medium ini, satwa-satwa besar, termasuk harimau Sumatera seringkali mejelajah wilayah yang dulu merupakan wilayahnya. Pada bulan Mei 2012 silam seekor harimau Sumatera masuk ke kawasan penduduk di desa Tanjung Petai, Kecamatan V Kuto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu awal Mei 2012 silam. Peristiwa ini terjadi setelah beberapa hari sebelumnya seorang penduduk desa juga dikejar harimau, namun berhasil melarikan diri dan tidak mengalami luka fisik.

Sementara di akhir Mei 2012, seekor harimau Sumatra betina terjebak jerat rusa di Desa Muara Hemat, Kecamatan Batang Merangin, Kabupaten Kerinci, Jambi. Harimau dengan panjang 147 cm dan tinggi 58 cm ini terjerat rope baja di sebuah semak belukar, di ladang desa tersebut. Kondisi lokasi yang sangat padat semak belukar membuat tim evakuasi yang bertugas mengalami kesulitan untuk segera melepaskan harimau tersebut dari jerat.

Peristiwa lainnya terjadi pada akhir Februari 2013 silam, saat warga desa Muaro Sebo dan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi tengah diresahkan dengan munculnya harimau di desa mereka. Bahkan 28 Februari 2013 silam, seorang warga desa Muaro Sebo mengaku telah diserang harimau.

Berbagai kasus ini terus bertambah seiring dengan semakin maraknya laju hilangnya hutan yang menjadi medium satwa-satwa besar di Sumatera.

Harimau Mahluk yang Sensitif

Seorang Peneliti Indonesia di kampus Virginia Tech, Virginia, Amerika Serikat bernama Sunarto bersama dengan mitranya merilis hasil penelitian terkait harimau Sumatera. Penelitian yang berjudul “Threatened predator on a equator: Multi-point contentment estimates of a tiger Panthera tigris in executive Sumatra” ini telah dimuat di jurnal ilmiah Oryx – The International Journal of Conservation bulan Apr 2013 silam. Penelitian ini mengungkapkan tentang gangguan yang dialami oleh Harimau Sumatera akibat kehadiran manusia yang mengakibatkan rendahnya kepadatan populasi Harimau Sumatera di medium mereka.

“Harimau tak hanya terancam dengan hilangnya medium akibat deforestasi dan perburuan, namun mereka juga sangat sensitif terhadap kehadiran manusia,” ungkap Sunarto. “Mereka bukan hanya tidak bisa bertahan di wilayah-wilayah dengan daya dukung yang memadai, namun mereka bahkan tidak bisa hidup di hutan yang memang sudah pas untuk mereka, jika di dalamnya terlalu banyak terjadi aktivitas yang dilakukan oleh manusia.”

Komentar