Kualat Akibat Syahwat

Cakra level ini terletak di sekitar leher. Pada level berikut, yang sebenarnya mutlak harus dimiliki oleh para pemimpin adalah MANDALA AGUNG, dimana manusai pada level ini sudah mampu berfikir dan berorientasi kepada nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tentunya bukan jargon klise dan topeng pembalut dusta yang dikenakan agar memperoleh pengakuan sebagai manusia berperilaku mulia ini.

Cakra level ini terletak pada dahi. Sedangkan Level terakhir atau level tertinggi adalah MANDALA HYANG, dimana seseorang sudah berpikir di tingkat Kesemestaan. Sudah tidak lagi memillki syahwat keduniawian.

Cakra level ini berada pada ubun-ubun atau puncak tertinggi pada diri manusia.

Sungguh luar biasa leluhur kita meninggalkan warisan kearifan lokal untuk menjadi manusia yang ideal, khususnya untuk menjadi seorang pemimpin.

Tidak mudah pastinya untuk mencapai level-level yang ideal dalam urutannya tersebut, namun kita bisa mengambil nilai-nilai kebaikan yang terdapat padanya. Jaman sudah berubah, kemajuan sains dan teknologi banyak merubah pola pikir manusia. Namun pada fitrahnya, manusia tetap sama.

Tinggal bagaimana kita mampu meramunya menjadi sebuah konsep dan pola pikir kehidupan yang ideal, serta menjadikan setiap olah pikir, ucap dan tidak kita menjadi sebuah manfaat yang berharga untuk khalayak.

Sukses atau gagalnya seseorang bukan terletak pada tinggi rendahnya level dalam strata sosial di masyarakat, namun pada level mana integritas kita sebagai manusia dapat bersandar dengan baik.

Salah satu kata warisan leluhur kita yang harus kita pegang adalah kualat. Sering kit dengar petuah atau nasehat orang tua agar kita selalu menjaga diri kita dari sifat dan sikap tidak terpuj, jika tidak ingin kualat di kemudian hari. Meski terdengar jadul dan erat dengan katabuan, kualat bukan kata yang tidak relevan dengan jaman kekinian.

Sudah banyak pejabat dan petinggi negeri ini harus berujung pada kekualatan dari hasil perbuatannya. Mungkin dengan bahasa lugas dan sedikit kampungan agar kita semua bisa tersadar, bahwa diri kita adalah refleksi pola pikir, pola ucap dan pola tidak kita sendiri. Kita mampu menjaga diri kita pada level yang baik, atau kita akan termakan oleh kata kualat yang kita bangun dan kita pelihara akibat pebuatan buruk kita sendiri.

*Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Teknologi

Komentar