Organisasi Kader HMI dan Lafran Pane Dalam Kenangan

Oleh : Jacob Ereste

JurnalPatroliNews – Medan – Apapun ceritanya, perpecahan di tubuh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) hingga ada sebutan untuk HMI MPO (Majelis Penyelamat Organisasi) dan HMI Dipo (Diponegoro) karena adanya perbedaan orientasi politik setelah Kongres HMI ke-15 di Medan pada tahun 1983, yang ditandai dengan penerimaan azas tunggal Pancasila sebagai doktrin rezim Orde Baru. Sehingga azas HMI tidak lagi disebut Islam, karena telah menerima azas tunggal Pancasila dan relatif mendapat tempat dan peluang dari pemerintah.

Dilematis pilihan azas tunggal itu memang dibarengi ancaman pembubaran organisasi oleh pemerintah. Sehingga, secara resmi dalam Kongres HMI di Padang, diputuskan menerima azas tunggal Pancasila. Dan pemerintah pun, hanya mengakui keberadaan HMI Dipo sebagai organisasi yang resmi.

Reformasi tahun 1998 membawa angin segar untuk kembali ke azas Islam, lalu secara resmi dilakukan juga pada Kongres HMI tahun 1999 di Jambi. Yang runyam, setelah itu pun tidak lantas luka yang terlanjur tertoreh itu tidak juga dapat segera dipulihkan.

Begitulah perseteruan internal di tubuh HMI yang sudah dirintis dan dijaga oleh pendirinya, Prof. Lafran Pane bersama 14 tokoh mahasiswa, Sekolah Tinggi Islam (yang kemudian menjadi Universitas Islam Indonesia) sejak didirikan pada 14 Rabiul Awal 1366 H atau 5 Februari 1947 di Yogyakarta. Akibat sudut pandang yang pragmatis dan idealis dan kritis terhadap penguasa yang cenderung korup dan zalim.

Dalam perjalanan sejarahnya, HMI Dipo pun sempat yang juga menegang dalam dualisme organisasi (kepengurusan). Dualisme Internal HMI Dipo sempat menjadi sorotan publik (detikNews, 9 Agustus 2021).

Ketua Umum Pengurus Besar HMI, Raihan Ariatama dan Pejabat Ketum Abdul Muis Amiruddin. Keduanya sama-sama pengurus semasa Ketua Umum HMI dijabat oleh Respiratori Saddam Al Jihad bersama Sekjen Arys Kharisma periode 2018-2020.

Hingga Kongres HMI ke XXXI di Surabaya. Lalu sampai pada Kongres HMI XXXIII, 7 Februari 2023 di Asrama Haji, Bekasi, resmi terpilihnya Mahfud Hanafi untuk kepengurusan tahun 2023-2025.

Sebagai organisasi kader yang tangguh pun, HMI sungguh telah membuktikan mampu melahirkan sejumlah tokoh penting di negeri ini sejak dilahirkan pada 76 tahun silam hingga 5 Februari 2024. Jika tak salah ingat, basis perkampungan kader HMI Korkom (Koordinator Komisariat) HMI Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta berada di Desa Kadipiro, Bantul.

Sebagai organisasi kader yang tangguh, HMI memang sempat penulist ikuti mulai dari Komisariat HMI Fakultas Teknik Sipil UII dan berguru langsung kepada Prof. Drs. Lafran Pane sebagai Pengajar Filsafat Pancasila, juga ngangsu kauruh bersama Pengurus Cabang HMI Yogyakarta dengan markas besarnya di Dagen.

Saat mendirikan HMI pada 5 Februari 1947, sekaligus sebagai Ketua Umum HMI yang pertama, Lafran Pane baru berusia 25 tahun, karena dia lahir pada 5 Februari 1922 di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Tapanuli Selatan.

Dan cerita menarik tentang Lafran Pane yang telah difilmkan dan akan mulai tayang pada Februari 2024, selalu bersepeda dari Perumahan Dosen IKIP di Kawasan Demangan Baru, menuju Kampus Pusat UII, di Jl. Cik Ditiro No. 1 Yogyakarta.

Ketika itu, umumnya di Kampus UII Pusat, Jl. Tengku Cik Di Tiro No. 1, bukan saja sudah dominan memakai sepeda motor untuk datang ke Kampus, bahkan tidak sedikit ketika itu yang telah menggunakan kendaraan beroda empat. Bahkan, Anies Rasyid Baswedan pun sudah menunggangi Vespa terbarunya berwarna merah menyala sekitar tahun 1980-an.

Kecuali itu, Lafran Pane yang lahir pada 5 Februari 1922 ini, merasa perlu mengubah tanggal kelahirannya menjadi 12 April 1923, agar tidak terkesan sama dengan tanggal kelahiran HMI di Yogyakarta dahulu itu.

Komentar