[Update] – Gempa M4,8 Bali: Jalan Terdampak Longsor Sudah Bisa Dilewati, Waspada Alur Lembah Sungai dan Tebing Terjal serta Opsi Perkuatan Bangunan Berbasis Masyarakat

Karakter Gerakan Tanah Paska Gempa M4,8

Melihat dari sisi potensi pergerakan tanah, Agus Budiyanto menuturkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa gerakan tanah paska gempa M4,8 terjadi di kawasan alur lembah sungai dan tebing terjal. Kawasan longsor di Trunyan merupakan kawasan yang memang memiliki potensi gerakan tanah yang tinggi sesuai dengan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah Bulan Oktober yang dikeluarkan oleh Badan Geologi.

“Dilihat dari letak topografinya, Desa Trunyan termasuk berada di lerang terjal, hal ini dapat memicu terjadinya pergerakan tanah apabila terjadi curah hujan yang tinggi apalagi jika terjadi gempa,” kata Agus. 

Selanjutnya, untuk antisipasi ke depan, Agus menambahkan agar dipasang tanda peringatan di kawasan rawan longsor, dan menyiapkan jalur evakuasi ketika terjadi longsor. Selain itu, penting untuk diingatkan kepada masyarakat dan pemerintah daerah agar tidak mengembangkan pemukiman mendekati tebing kaldera dan mulut alur sungai.

Perkuatan Bangunan Berbasis Masyarakat Sebagai Upaya Mitigasi Jangka Panjang

Ketika berbicara bahwa sebenarnya bukan gempa yang membunuh, melainkan bangunan yang tidak tahan gempa yang roboh saat gempa terjadi, maka perhatian terbesar untuk mitigasi harus diarahkan agar bangunan yang sudah ada bisa diperkuat agar tahan gempa.

Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk hal tersebut menurut Prof. Fauzan yakni dengan melakukan perkuatan rumah masyarakat menggunakan Ferrocement Layer. Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan kawat anyam yang dilapisi semen mortar ke dinding rumah.

“Salah satu mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan perkuatan rumah masyarakat menggunakan Ferrocement Layer dengan menambahkan kawat anyam yang dilapisi dengan semen mortar,” ujar Fauzan.

Fauzan menambahkan, metode ini mampu menambahkan kekuatan pada bangunan rumah tinggal hingga sepuluh kali lipat. Bangunan dengan menggunakan kawat anyam ini juga tergolong mudah dikerjakan dengan biaya terjangkau. “Dengan metode ini, bisa menambah kekuatan bangunan sepuluh kali lipat dari sebelumnya, tentu dengan menggunakan kawat anyam ini tergolong murah, simpel dan mudah dikerjakan,” jelas Fauzan.

Metode perkuatan bangunan menggunakan kawat anyam ini sudah diujicobakan di Laboratorium National Research Institute for Earth Science, Jepang dan memberikan hasil yang sangat menjanjikan untuk diimplementasikan berbasis masyarakat. Fauzan mengatakan bahwa keunggulan utama metode ini adalah bahan baku yang bisa dengan mudah diperoleh di seluruh daerah, biaya pengerjaan yang relatif murah (hanya 10% – 30% dari biaya dengan metode lain), dan sangat mudah dilakukan oleh siapapun.

Sebagai penutup, Abdul Muhari mengatakan metode Ferrocement Layer ini merupakan upaya mitigasi yang feasible dan reliable untuk dilakukan berbasis masyarakat. “Dengan mensosialisasikan berbagai opsi mitigasi gempa dan penguatan bangunan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat, kita berharap secara bertahap kerentanan bangunan bisa dikurangi sedikit demi sedikit,” tutup Abdul Muhari. 

Komentar