Warga Timor Tengah Utara Rasakan Guncangan Tiga Detik Gempa M5,1

JurnalPatroliNews – Jakarta – Warga Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, merasakan guncangan sedang saat gempa dengan magnitudo (M)5,1 terjadi pada Sabtu dini hari (21/8). Fenomena yang dirasakan warga setempat selama tiga detik ini berlangsung pada pukul 00.45 waktu setempat atau WIT.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Timor Tengah Utara menginformasikan tidak ada kepanikan di tengah warganya. BPBD memonitor kondisi masyarakat yang kondusif. BPBD juga melaporkan bahwa berdasarkan pemodelan, gempa tersebut tidak memicu terjadinya tsunami.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memutakhirkan parameter gempa, yang sebelumnya diinformasikan pada M5,4 menjadi M5,1. Sedangkan dilihat dari pusat gempa, pemutakhiran menunjukkan pusat gempa berada pada 123 km barat laut Timor Tengah Utara dengan kedalaman 76 km.

Melihat dari jenis dan mekanisme gempa bumi, fenomena ini merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia. BMKG mencatat analisis mekanisme sumber gempa yang menunjukkan mekanisme pergerakan turun atau normal fault.

Pada indikator kekuatan gempa yang diukur dengan skala MMI atau Modified Mercalli Intensity, gempa M5,1 dirasakan di Timor Tengah Utara pada III – IV MMI dan Alor II – III MMI. Skala IV MMI mendeskripsikan pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi. Semakin tinggi MMI, semakin besar dampak yang dirasakan warga.

Pascagempa tersebut, BMKG melaporkan belum adanya aktivitas gempa bumi susulan hingga Sabtu ini, pukul 02.30 waktu setempat atau 00.30 WIB.

Berdasarkan analisis inaRISK, Kabupaten Timor Tengah Utara termasuk wilayah dengan potensi gempa dengan kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak 20 kecamatan dengan jumlah penduduk 33.270 jiwa yang berpotensi terpapar gempa bumi dengan kategori tersebut. Namun demikian, catatan historis BMKG pada kurun waktu 1821 – 2018 menyebutkan tidak ada gempa terjadi di wilayah sekitar Timor Tengah Utara.

Mengutip catatan dari Wichmann dalam ‘Waves of Destruction in the East Indies: the Catalogue of Earthquakes and Tsunami in the Indonesian Region from 1538 to 1877., Ron Haris peneliti paleotsunami dari Brigham Young University pernah menyampaikan bahwa Kupang pernah beberapa kali dilanda gempa dahysat, antara lain pada prakiraan waktu antara 1793 – 1795 dengan VIII MMI, 1813 pada IX MMI, 1829 pada VIII MMI, sedangkan di Kota Dili, Timor Leste, di tahun 1857 dengan IX – X MMI.

Timor Tengah Utara yang berada di tengah Pulau Timor ini berjarak 210 km dari Kota Kupang di sisi timur, sedangkan dengan Kota Dili berjarak 203 km di sisi barat.

Masyarakat selalu diimbau untuk tetap waspada dan siaga terhadap potensi gempa bumi. Dampak korban jiwa dan kerusakan lebih disebabkan karena struktur bangunan yang tidak mampu menahan guncangan, dan bukan fenomena gempanya.

Komentar