Myanmar yang Gonjang-ganjing Mau Turis Asing di 2022, Siapa Mau ke Sana?

JurnalPatroliNews – Jakarta – Beberapa negara Asia Tenggara mulai melonggarkan pembatasan perjalanan. Myanmar tak mau ketinggalan dengan menawarkan hal serupa pada 2022 nanti. Namun siapa yang mau ke sana?

Diberitakan CNN, Myanmar menawarkan beberapa destinasi wisata paling spektakuler di kawasan itu. Mereka telah mengumumkan kemungkinan untuk mulai menyambut wisatawan internasional pada awal 2022.

Meskipun ini mungkin tampak seperti berita bagus bagi para pelancong yang merencanakan perjalanan pasca-lockdown mereka, di Myanmar, tapi ini adalah hal rumit.

Sebagian besar negara yang menutup perbatasan mereka selama dua tahun terakhir melakukannya semata-mata untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Tapi, Myanmar juga masih menghadapi efek samping dari kudeta pada Februari 2021 di mana junta militer menggulingkan pemerintah negara yang dipilih secara demokratis.

Mengunjungi Myanmar, yang sebelumnya telah menghabiskan beberapa dekade di bawah kekuasaan militer, selalu menghadirkan dilema bagi para pelancong.

Para turis mempertimbangkan apakah perjalanan mereka akan mendukung apa yang di masa lalu dicap sebagai rezim yang menindas, atau akan membantu penduduk setempat yang membutuhkan penghasilan dari pariwisata.

Pertanyaannya sekarang, dengan Covid masih menjadi isu di seluruh kawasan dan dunia perjalanan yang lebih luas, ditambah gejolak yang saat ini mencengkeram negara, adakah yang akan datang ke Myanmar?

Pejabat telah membuat situs web untuk menampung minat wisatawan. Kebijakan ini telah menjelaskan bahwa setiap pembukaan akan tunduk pada mitigasi Covid yang dianggap telah berhasil.

“Kami berencana untuk membuka kembali pariwisata untuk turis yang divaksinasi jika rencana disiapkan dengan baik untuk perjalanan yang aman dan nyaman,” kata Zeyar Htun, wakil direktur Departemen Hubungan Masyarakat dan Informasi di Kementerian Hotel & Pariwisata yang dikelola militer.

Sementara itu, beberapa turis internasional diperingatkan oleh pemerintah mereka sendiri untuk menjauh dari Myanmar. Karena, pemerintah khawatir akan Covid dan ketidakstabilan setelah kudeta.

Departemen Luar Negeri AS saat ini memiliki dua peringatan, yakni jangan kunjungi karena tingkat empat untuk Myanmar. Ini mengacu pada jumlah kasus virus corona yang tinggi dan satu untuk situasi politik yang sedang berlangsung.

Komentar