Pesona Desa Liya Togo, Ada Benteng Kuno Peninggalan Kerajaan Buton

Tak jauh dari masjid, terdapat makam tokoh adat, salah satunya makam Djilabu. Yakni makam Menantu’u (kepala adat) Liya ke-1 yang menjadi penyiar agama Islam di Pulau Wangi-Wangi dan sekitarnya.
Sementara di sisi selatan dekat dengan tugu Liya, terdapat Baruga, sebuah bangunan dari kayu yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk melakukan musyawarah.

Dengan letaknya di daerah kepulauan, desa wisata ini juga memiliki ragam potensi wisata bahari lantaran banyak masyarakatnya yang berprofesi sebagai nelayan.

Karenanya desa wisata ini juga menawarkan wisatawan pengalaman melihat keseharian masyarakat. Seperti budidaya rumput laut (terbesar di Sulawesi Utara), memasak menu tradisional, dan lainnya.

Desa Wisata Liya Togo juga memiliki ragam seni. Diantaranya Tari Lariangi yakni tarian yang berasal dari Gonda, salah satu dari Lima Gonda di Kadie Liya pada masa lalu. Selain itu Honari Mosega, tarian yang memperlihatkan ketangkasan dan kelincahan Panglima Talo Talo saat sedang berhadapan dengan musuh-musuh. Juga ada Karia’a, perayaan sakral untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah beranjak dewasa (Sunatan).

Yang paling menarik adalah Posepa’a, kekuatan bela diri dengan cara menendang sambil bergandengan tangan. Kebiasaan ini hanya dilakukan saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha selepas sholat Ied.

Di sektor kuliner ada Soami, Sirup Tangkulela, keripik singkong, keripik dari ikan, juga lumpia isi abon ikan.

“Kita harapkan deretan potensi ini bisa membangkitkan ekonomi di Kabupaten Wakatobi, membuka lapangan kerja, dan Insya Allah bisa mendapatkan keberkahan,” kata Sandiaga.

Komentar