Cerita Tragis Hotman Paris: Pura-Pura Gila, Niat Bunuh Diri

JurnalPatroliNews – Jakarta – Ada kisah tragis dari dari pengacara kondang Hotman Paris. Saat masa lalu ia pernah mengalami masa-masa suram, dari mulai ingin bunuh diri sampai pura-pura gila agar bisa keluar dari pekerjaan.

“Dulu saya itu, tidak pernah terpikir untuk menjadi seorang pengacara. Memang kalau kita mau sukses, kadang-kadang itu mesti mencoba dulu. Mencoba, merasakan dulu baru tahu cocok nggak nih buat kita,” tutur Hotman Paris di live streaming HUT ke-74 BNI yang disiarkan oleh detikcom.

Hotman Paris pada sesi ‘Energy of Success’ Live Streaming HUT ke-74 BNI bercerita awalnya dia ingin masuk ke ITB ataupun Fakultas Kedokteran. Sebab, menurutnya, ada pride tersendiri bagi mahasiswa ITB atau kedokteran di mata seorang perempuan. Namun, sayang dirinya gagal masuk ke kampus ataupun fakultas yang ia inginkan.

“Kalau mahasiswa ITB atau kedokteran itu sepertinya kalau ngapelin cewek ke rumahnya calon mertua langsung senang. Soalnya dianggap insinyur dan dokter itu jaminan hidup, jaminan kaya,” canda Hotman.

Hotman pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke fakultas hukum Universitas Parahyangan (UNPAR) di Bandung karena terpaksa. Dirinya pun mengaku frustrasi karena dulu dirinya sangat yakin kalau lulusan hukum itu tidak punya masa depan, karena dirinya melihat rata-rata sarjana hukum pada waktu itu miskin semua.

“Pengacara-pengacara di Bandung waktu itu rata-rata pakai mobil butut semua. Jadi memang bener-bener pada waktu itu pesimistis. Tapi karena sudah tidak ada pilihan, saya pun lulus dengan cepat tidak sampai 4 tahun dan jadi yang termuda di UNPAR masih 20 tahun,” ungkap Hotman.

Setelah lulus dari UNPAR, Hotman pun mulai bekerja dan mempunyai atasan O.C Kaligis dan dia ada bos pertama dari Hotman Paris. Lalu seiring berjalannya waktu ia pun mempunyai bos kedua yaitu Adnan Buyung Nasution, dari dialah Hotman mengetahui ada pekerjaan menjadi pengacara internasional dan dari pekerjaan inilah akhirnya Hotman tahu kalau pengacara itu bisa kaya.

“Karena pas saya kerja di sana itu banyak bule-bule, dan semuanya pakai mobil Mercedes Benz. Cuman entah kenapa, karena saya belum mapan jiwanya, saya dikirim oleh Prof. Subekti untuk bekerja di Bank Indonesia (BI) tanpa tes dan saya satu angkatan sama Gubernur BI yang sekarang (Perry Warjiyo),” jelas Hotman.

Nah, di BI lah awal mula kehidupan dari sang pengacara kondang ini. Hotman melihat dirinya tidak cocok berada di lingkungan birokrat. Selain itu dirinya juga melihat bekerja di BI bukanlah bidangnya karena harus belajar accounting.

“Di situlah pas saya di BI adalah hidup yang hampir kelam, bahkan hampir sempat untuk bunuh diri akibat stres dengan meminum obat nyamuk. Banyak yang buat stres, karena hampir setiap pembelajaran di BI itu saya nggak pernah hadir, akhirnya saya dianggap jadi murid tergagal,” tuturnya.

Lebih lanjut, ketika tersirat pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri. Hotman pun mendengar suara tukang becak yang sedang tertawa dan dari situlah dirinya menghilangkan niatan tersebut dan bertekad untuk menjadi pengacara internasional.

Namun, untuk menggapai tekadnya tersebut, dirinya harus keluar terlebih dahulu dari BI. Dirinya pun memutuskan untuk berpura-pura gila demi keluar dari BI tanpa terkena denda.

“Saya tuh harus menjadi seperti Mr. Bean, kalau ditanya nama pun saya nggak bisa jawab nama saya siapa. Jadi ketika ditanya sama Direkturnya itu saya cuman nunduk aja, jadi dikira sakitnya udah parah,” imbuh Hotman.

Singkat cerita dirinya pun akhirnya bergabung dengan salah satu law firm milik ayah dari Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim yaitu Nono Makarim. Dari tempat inilah Hotman bertekad untuk menjadi pengacara internasional dan juga teringat oleh nasehat dari salah satu pejabat BI yang mengatakan ‘Kalau kau sudah tentukan pilihanmu, tekuni sampai tuntas.

“Di situlah saya bertekad tidak tergoda apapun dan ingin menjadi pengacara. Jadi yang paling utama dalam karir itu berani mencoba dan juga dan punya nyali. Nyali adalah salah satu faktor sukses dalam hidup,” jelasnya.

Dirinya juga mengatakan dalam menjalani hidup tentunya adalah keputusan-keputusan yang harus diambil. Hotman pun memberikan saran dalam mengambil suatu keputusan sebaiknya untuk mengambilnya ketika pikiran sedang sejuk.

“Kalau pikiran itu sejuk, inspirasi sangat banyak di dapat. Jangan pernah ambil keputusan ketika lagi marah-marah atau suasana lagi panas,” imbuhnya.

Tentunya pandemi tidak menghalangi kita semua untuk meningkatkan kapabilitas dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui cara yang aman. Untuk itulah BNI mempersembahkan Live Streaming Uniting Energy for Indonesia in New Normal yang dapat disaksikan oleh siapapun dari tempatnya berada.

Tajuk dari Live Streaming ini senada dengan tema HUT ke-74 BNI ‘Satukan Energi untuk Indonesia di Era New Normal’. Tema tersebut menyiratkan makna bahwa kita semua perlu bekerja lebih optimal dan efisien sehingga dapat memberikan energi kebaikan bagi orang lain.

(cnbc)

Komentar