Covid-19: India Melampaui Satu Juta Kasus Virus Corona, Brasil Catat Dua Juta Kasus

JurnalPatroliNews,– India mencatat rekor kasus Covid-19 harian sebanyak hampir 35.000 kasus, pada Jumat (17/07). Dengan demikian, virus corona di negara itu telah menembus satu juta kasus. Sementara Brasil telah mencapai dua juta kasus.

Bersama Amerika Serikat, mereka menjadi tiga negara dunia yang melampaui satu juta kasus virus corona.

Kasus aktif di India tercatat sebanyak sepertiga dari jumlah keseluruhan. Namun, negara itu melaporkan rata-rata pasien sembuh cukup tinggi dan rata-rata kematian yang rendah.

Bagaimanapun, dengan 25.602 orang yang meninggal dunia, India menduduki urutan delapan dalam daftar negara-negara di dunia dengan kasus kematian terbanyak.

Negara Bagian Maharashtra tetap menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, yaitu lebih dari 280.000 kasus.

Adapun dua negara bagian di selatan—Karnataka dan Andhra Pradesh—serta dua negara di timur—Bihar, West Bengal—mencatat peningkatan kasus harian.

Meski India mencatat kasus Covid-19 yang pertama pada akhir Januari, perkembangan pandemi di sana berjalan perlahan pada awalnya. Pada Maret, saat India memberlakukan karantina wilayah, kasus virus corona mencapai 500 kasus.

Para pakar meyakini keputusan pemerintah yang menghentikan semua penerbangan internasional dan menerapkan karantina wilayah merupakan keputusan kunci yang memperlambat penambahan kasus.

Namun, ketika lockdown dicabut pada 8 Juni, kasus-kasus positif meningkat pesat.

Secara keseluruhan diperlukan 170 hari sejak Januari untuk mencapai satu juta kasus, serta melampaui China dan Rusia untuk menjadi negara dengan kasus terbanyak ketiga di dunia.

Penjelasan angka-angka Covid-19 di India

Aparna Alluri dan Shadab Nazmi

Dengan populasi terbesar kedua di dunia, dan sebagian besar penduduknya hidup berimpitan di kota-kota, India mungkin ditakdirkan menjadi zona merah dunia.

Luasan penularan yang sebenarnya belum jelas, namun India meningkatkan jumlah tes dalam beberapa pekan terakhir.

Walau begitu, tes yang dilakukan negara itu belum cukup banyak, atau kumpulan orang yang diuji belum cukup luas, untuk mengendalikan penyebaran secara efektif.

Tingkat kepulihan tinggi dan tingkat kematian rendah—khususnya jika dibandingkan dengan negara-negara yang terdampak parah—dan ini membingungkan para ilmuwan.

Tapi karena data pengujian tidak konsisten—khususnya di negara-negara bagian—data lainnya menjadi dipertanyakan. Para pakar mengatakan tidak semuanya kabar buruk. (BBC Indonesia)

Komentar