Sebut Kapolres Blitar Arogan, Anak Buah Mundur dari Polri

JurnalPatroliNews – Surabaya, Kasat Sabhara Polres Blitar, Ajun Komisaris Agus Tri mengajukan surat pengunduran diri sebagai anggota Polri. Alasannya ia mengaku tidak betah dengan kepemimpinan Kapolres Blitar, Ajun Komisaris Besar Ahmad Fanani Eko Prasetya. 

Surat pengunduran diri itu dilayangkan Agus ke Kapolda Jatim Inspektur Jenderal Muhammad Fadil Imran, di Mapolda Jatim, Surabaya, Kamis (1/10) siang.

“Jadi saya datang ke Polda Jatim saya sengaja kirim surat pengunduran diri saya sebagai anggota Polri. Hari ini saya resmi mengundurkan diri ke Bapak Kapolda nanti tembusannya ke Kapolri,” kata Agus.

Agus lalu mengungkap alasannya mengundurkan diri dari kesatuan Polri. Ia mengaku tidak terima dengan perlakuan pimpinannya, yakni Kapolres Blitar AKBP Ahmad Fanani yang disebutnya arogan.

“Setiap beliau marah dan ada yang enggak cocok itu makian kasar yang disampaikan. Mohon maaf kadang sampai nyebut binatang, umpatan,” ujarnya.

Terkahir kali, Agus bahkan mengaku mendapatkan makian berupa banci dan lemah dari sang kapolres. Hal itu membuatnya tertekan.

“Terakhir sama saya enggak seberapa. Hanya mengatakan bencong, tidak berguna, banci, lemah dan lain-lain,” ucapnya.

Tak hanya itu, sebagai Kapolres Ahmad Fanani juga tidak memberikan arahan apa pun kepada bawahannya. Jika dianggap salah anak buah, akan mendapatkan makian dan ancaman pencopaotan.

“Sebenarnya kan kalau sudah salah ya udah dibina. Ini dimaki terus-terusan. Kadang main copot-copot,” kata dia.

Selain mengundurkan diri, Agus juga melaporkan Kapolres Blitar ke SPKT Polda Jatim. Tentang dugaan pembiaran proyek dan kegiatan yang sifatnya mengumpulkan banyak massa di tengah pandemi Covid-19.

“Pertambangan pasir bebas, sabung ayam bebas tidak ada teguran. Tambang pasir di Kali Putih dan Gandungsari,” kata dia.

Kapolres Angkat Suara

Sementara, Kapolres Blitar, AKBP Ahmad Fanani Eko Prasetya mengatakan alasannya memarahi Kasat Sabhara, AKP Agus Tri, karena ada anggota Sabhara yang berambut panjang.

“Dia itu saya tegur karena anggotanya itu rambutnya panjang. Dia enggak terima, anggap saya arogansi,” ujarnya dihubungi, Kamis (1/10).

Setelah ditegur, Fanani menuturkan kalau Agus telah tak masuk kerja selama 10 hari, sejak 21 September lalu. Ia menyebutkan Agus sengaja tidak masuk dinas.

“Dari mulai tanggal 21 [September] sampai hari ini [1 Oktober],” kata dia.

Padahal, menurutnya sikapnya kepada Agus ialah hal yang lazim diperbuat oleh seorang pemimpin kepada anggotanya. Teguran itu pun kata dia masih dalam batas wajar.

“Sebagai pimpinan kalau tegur anggota gimana, [masih dalam] batas kewajaran, namanya pimpinan sama bawahan begitu,” katanya.

Selain itu, ia menegaskan bahwa Agus juga telah berbuat kesalahan. Sebagai Kasat Sabhara, Agus dinilai tidak tahu tugas pokoknya.

“Bagaimana mau melayani masyarakat. Anggotanya berbuat di luar kedinasan,” ucapnya.

Lalu soal laporan pembiaran tambang pasir, Fanani menjelaskan bahwa tambang itu ialah milik warga setempat. Sehingga ia tidak mau menindaknya.

“Kalau penambangnya masyarakat apa harus ditindak. Masyarakat mencari makan melalui pasir, masa jadi masalah besar,” katanya.

Ia justru menuding bahwa Agus yang berambisi menguasai lahan tambang tersebut, untuk kepentingan pribadi dan anaknya.

“Ya Pak Kasat Sabhara mau nambang tapi tidak direstui, makanya dia seperti itu. Karena masyarakat membuat kegiatan itu untuk pangannya dia. Bukan untuk bisnis. Anaknya [Agus] mau nambang juga enggak diterima, karena arogansi dari Kasat Sabhara,” ucapnya.

Kini, Fanani menyerahkan segala keputusan ke Polda Jatim. Dia bersedia datang langsung ke polda untuk memberikan keterangan terkait polemik yang terjadi di Polres Blitar.

(cnn)

Komentar