Asal Usul Pistol di Dugaan Penganiayaan Anggota DPRD Tangerang Epa Emilia

JurnalPatroliNews, Tangerang – Anggota DPRD Kota Tangerang Epa Emilia dilaporkan atas dugaan penganiayaan Jopi Amir (26). Dalam laporannya, Jopi Amir menyebutkan dipukul menggunakan senjata api.

Terkait senjata api tersebut, Epa Emilia buka suara. Epa Emilia menyebutkan bahwa senjata api tersebut adalah pistol mainan.

Semula Epa Emilia menjelaskan adanya kontak fisik Jopi Amir dengan sopirnya, Pabuadi. Saat itu Pabuadi mengeluarkan pistol dan memukulkan ke kepala Jopi.

“Hingga Pabuadi meronta dan terjadilah baku hantam saat itu. Saat itulah Pabuadi mengeluarkan pistol mainan yang dipukulkan secara refleks mengenai kepala Jopi yang sedang memelintir tangan saya,” kata Epa Emilia kepada wartawan di Tangerang, Kamis (23/9/2021) malam.

Menurut Epa Emilia, Jopi Amir kemudian melepaskan tangannya. Hingga akhirnya kedua pihak sepakat damai saat itu. Peristiwa ini terjadi pada Minggu (19/9).

“Kemudian Jopi melepaskan pelintiran dan bilang, ‘Ini kita hanya salah paham, Bang. Marilah berdamai secara kekeluargaan.’ Lalu dibuatlah surat pernyataan damai karena ini adalah suatu kesalahpahaman, surat pernyataan damainya ini sudah dibuat,” kata Epa sambil memperlihatkan surat pernyataan damai.

Senjata Milik Pabuadi

Dalam kesempatan yang sama, Pabuadi mengakui pistol itu miliknya.

“Iya, punya saya. Atas nama saya,” kata Pabuadi.

Pabuadi mengatakan memiliki izin kepemilikan senjata tersebut. Senjata api tersebut kini disita polisi.

“Iya (izin) kepemilikan. (Izin) di Polda, ada suratnya. Dan senjata sudah saya serahkan ke Polres saat laporan, karena memang permintaan dari Polres sementara itu untuk sementara disita,” jelas Pabuadi.

Pabuadi mengakui dirinyalah yang memukul Jopi secara refleks dengan senjata tersebut. Pabuadi mengaku mengeluarkan senjata api bukan untuk menakut-nakuti, namun karena dirinya merasa terancam.

“Nggak nakutin, karena di sana saya merasa terancam, dia di dalem sendiri mereka lima orang. Saya suruh lepas nggak, lepas tangan Bu Epa. Saya secara refleks pukul dia karena saya dilihat di sana banyak besi-besi. Saya khawatir saya dikeroyok. Saya pukullah dia. Setelah dia lihat yang saya pegang senjata dia bilang, ‘Bang ini salah paham… ini salah paham’,” paparnya.

Pabuadi mengatakan pistol itu selalu ia bawa setiap hari. Karena Pabuadi sendiri sering mengawal Epa Emilia kunjungan kerja.

“Memang selalu ada di dalam tas. Iya, saya bawa,” ucap Pabuadi.

Pabuadi mengaku sudah 1 tahun memiliki senjata api tersebut.

“Karena kan saya selama ini nganter Bu Epa, karena kan beliau ini kunjungan ke mana-mana juga. Kunker (kunjungan kerja) kan ke luar daerah sebetulnya,” katanya.

Pelapor Epa Emilia Buka Suara

Jopi Amir mengaku dipaksa menandatangani surat perdamaian setelah terjadi pemukulan tersebut. Dalam laporan di polisi, Jopi Amir mengaku dipukul dengan menggunakan senjata api.

“Disuruh paksa tanda tangani surat damai,” ujar Jopi dalam pesan singkat kepada wartawan, Kamis (23/9).

Menurut Jopi, dia juga dilarang oleh Epa Emilia berobat secara mandiri. Jopi mengklaim diminta berobat sesuai arahannya.

“Untuk berobat saja lebih cepat tetap dilarangnya. Terus saya dipaksa ikut dia berobat. Sangat luar biasa kalau beliau begitu cara penyelesaian perkara ini,” kata J.

Sementara itu, kuasa hukum Jopi, Daday Cahyadi, mengatakan kliennya mengalami trauma pascakejadian tersebut.

“Trauma, sakit juga. Luka-luka (saat ini). Menurut beliau sih iya (dibawa ke rumah sakit),” terang Daday.

(dtk)

Komentar