Menjadikan Pura Tirta Sudhamala sebagai Obyek Wisata di Buleleng

 Prosesi pembersihannya dinamakan melukat dimana yang dilukat adalah buana alit atau diri kita sendiri dan buana agung adalah lingkungan di sekitar kita dan tempat kita tinggal. Tujuan melukat adalah untuk menghilangkan aura-aura negative yang ada pada tubuh dan sekekliling diri manusia.

Salah satu terapi penglukatan di pura sudamala adalah semedi kumkum, yaitu dengan berendam selama satu hari satu malam di tukad banyumala. Terapi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua atau dewasa yang bertujuan untuk membersihkan aura-aura negatif dari dalam tubuh. Semadi kum-kum ini sudah berada pada tingkat atau level atas, karena tidak sembarang orang bisa melakukan semadi ini. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh serta memiliki daya tahan tubuh kuat yang dapat melaksanakan semadi ini.

 Tirta Sudhamala selain dipakai untuk melukat juga dapat dipakai untuk minum dan sudah di uji kesuciannya oleh lintas agama. Berbagai corak agama sudah pernah mengunjungi Pura Tirta Sudhamala dan membuktikan kekhasiatan Tirta Sudhamala.

 Waktu piodalan Pura Tirta Sudhamala yaitu jatuh pada anggarkasih wuku prangbakat. Hari-hari yang sering di kunjungi oleh para pemedek yaitu pada saat Banyu Pinaruh, Purnama, Kajeng Kliwon, dan Siwaratri

 Khusus saat Kajeng Kliwon banyak pemedek yang tangkil dan melaksanakan pemelukatan. Hal itu disebabkan karena pada kajeng kliwon merupakan hari baik untuk memusnakan pengaruh-pengaruh ilmu hitam seperti cetik.

 Para pemedek yang tangkil ke Pura Tirta Sudhamala bukan saja dari daerah kabupaten Buleleng melainkan juga dari luar daerah kabupaten Buleleng seperti Kabupaten Klungkung, kabupaten Badung, kabupaten Jembrana dan bahkan dari Lampung.

 Pamong Pura Tirta Sudhamala yaitu para pengempon desa adat yang terdiri atas Kelian Desa Adat Pakraman Banyuasri dan para pemangku yang bertugas di pura tersebut.

 Pura Tirta Sudhamala memiliki 5 pemangku yang bertugas untuk ngantebang banten serta melayani proses penglukatan para pemedek. Serta 2 pemangku jro gde yang bertugas sebagai pembersih pura. Kelima pemangku tersebut dipimpin oleh Jero mangku Sudhamala yang bernama Jero mangku Gede Fery Hariawan, SE. Keempat pemangku lainnya bernama Jero mangku Ketut Widiana Giri , Jero mangku Wayan Cingak, Jero mangku Luh Nadi, Jero mangku Juliawan.

Selain itu, ada dua orang pengayah membersihkan halaman, seorang diantaranya pensiunan Bagian Ekbang Kantor Bupati Buleleng.

 Pura Tirta Sudhamala hanya memiliki dua buah pelinggih yang terdapat di bagian mandala utama dan mandala madya. Di bagian mandala utama terdapat pelinggih bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala yang terletak tepat di tebing di atas pancoran sudhamala. Pelinggih ini terletak di sebelah barat pura menghadap ke timur. Untuk hari-hari biasa, banten yang biasanya disajikan di pelinggih dewa ayu manik sudhamala adalah banten pejati dan canang sari. Namun untuk piodalan pura, banten yang dihaturkan yaitu banten pengambean tebasan prayasista dan pesegehan atuwunan.

Pelinggih yang kedua berada di bagian mandala nista atau di bagian dalam pura. Pelinggih ini bernama dewa taksu manik geni yang terletak di bagian barat pura menghadap ke timur. Untuk hari-hari biasa, banten yang disajikan sama seperti pada pelinggih dewa ayu manik sudhamala yaitu banten pejati dan canang sari. Khusus untuk piodalan, banten yang dihaturkan berupa banten tangkepan dan tipat gong.

Komentar