Dunia Krisis Migas, Ini Kata Kepala SKK Migas!

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Dunia saat ini sedang mengalami kesulitan dalam ketersediaan minyak dan gas bumi (Migas). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan kesulitan yang saat ini sedang dialami oleh dunia hulu minyak dan gas bumi (migas).

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan, saat ini dunia sedang dilanda permasalahan Transisi energi.

Pada saat pertemuan dengan G7, Ia menyatakan, bahwa ada tekanan berbagai Negara yang turut berdampak pada sektor keuangan yang akan menekan investasi.

“Dampaknya mengarah pada tekanan lembaga-lembaga keuangan, sehingga lembaga-lembaga keuangan sudah mulai mengimplementasikan guidance, mereka mengurangi support finansialnya pada Investasi Energi Konvensional, di mana kita bergerak di situ, SKK Migas Indonesia,” ujarnya, dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (17/4/23).

Ia menyebut, bahwa permasalahan yang saat ini dihadapi adalah pendanaan yang akan dikeluarkan oleh negara G7 tersebut, akan mengarah pada proyek Migas yang dilengkapi dengan salah satu program pendukung Net Zero Emissions (NZE), yakni Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture Storage and Utilization (CCUS).

“Kedua adalah kalau mereka support financial project hulu migas, maka project itu harus melengkapi diri dengan Net Zero Emission salah satu program Net Zero Emission CCS/CCUS,” lanjutnya.

Selain itu, permasalahan lain yang dihadapi yakni ketersediaan Energi Baru Terbarukan, dan keterjangkauan harga yang ditawarkan, Sehingga, harga EBT harus menjadi pertimbangan besar.

“Tentu saja ini banyak negara yang mengangkat ketersediaan Energy Security, dan Energy Affordability harga yang terjangkau. Itu juga isu diangkat yang berhadapan dengan upaya menekankan pada EBT yang harga mahal perlu dipertimbangkan karena kita Negara yang masih memiliki sda dengan energi konvensional ini,” bebernya.

Hal lain yang disebutkan Dwi, yakni konflik Geopolitik yang saat ini masih berlangsung antara Ukraina dan Rusia. Ia menilai, itu bisa berpengaruh pada pemangkasan OPEC terhadap cadangan minyak.

“Saya simpulkan larinya ke di Indonesia relatif harga masih tinggi. Kita berharap investasi aktivitas hulu migas di Indonesia masih agresif nanti kita tinggal koreksi antisipasi itu semua yang kedua, pendanaan kita harus bersiap karena Project-project hulu migas kan dapat tambahan,” pungkasnya.

Komentar