JurnalPatroliNews – Jakarta, – Amerika Serikat (AS), diperkirakan bakal menghadapi resesi pada tahun ini. Pasalnya, AS tengah didera suku bunga yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Menurut Jeffrey Gundlach, Kepala Eksekutif Perusahaan Manajemen Investasi DoubleLine Capital, suku bunga yang tinggi tersebut, memberi tekanan pada konsumen dan Perusahaan-perusahaan di AS.
Dikutip dari Reuters, Gundlach mengungkapkan, ‘sinyal-sinyal’ masalah dalam perekonomian AS sudah mulai bermunculan.
Hal itu, kata Gundlach, ditandai dengan meningkatnya tunggakan kartu kredit dan data penjualan ritel yang lebih lemah, yang menunjukkan kemungkinan kontraksi ekonomi lebih cepat terjadi dibandingkan risiko rebound inflasi.
“Ada banyak sinyal resesi di luar sana,” ungkap Gundlach, saat berbicara di webinar yang diselenggarakan oleh David Rosenberg, pendiri dan Presiden Rosenberg Research, dikutip Sabtu (25/5/24).
“Ada lebih banyak yang tanda resesi dibandingkan inflasi,” lanjutnya.
Ia menyarankan, untuk menjauhi bagian paling berisiko dari pasar utang korporasi, seperti obligasi perusahaan dengan peringkat triple-C, serta investasi kredit swasta.
Khusus terkait kredit swasta, Gundlach menambahkan, bahwa investor yang mencari keuntungan lebih tinggi di pasar swasta, jika dibandingkan pasar utang publik, akan menghadapi risiko terjebak pada aset-aset yang tidak likuid jika terjadi perlambatan ekonomi yang tajam.
“Tidak ada faktor yang membuat kredit swasta terlihat lebih baik daripada kredit publik pada saat ini. Ini lebih berisiko, tidak memberikan imbalan yang sama, ini adalah yang terburuk,” jelasnya.
Selain itu, ia juga menyebut, DoubleLine sangat terekspos terhadap utang Pemerintah AS, meski ada kekhawatiran atas meningkatnya tingkat utang di Amerika.
“Saat ini kami memiliki lebih banyak Treasury dalam strategi kami dibandingkan sebelumnya,” tandasnya.
Komentar