Dari Cerita Baper, Sengkuni, Isu Deklarasi, Ini Riwayat Beda Arah Politik dalam Keluarga Amien Rais

JurnalPatroliNews-Yogyakarta,– Lain arah politik dalam keluarga Amien Rais belakangan menajam. Terutama setelah mundurnya anak sulung Amien Rais dari DPR dan PAN pada Mei 2020 tapi kini anak ketiganya yakni Mumtaz Rais didorong PAN jadi menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Usai Hanafi mundur, isu deklarasi partai baru mencuat. Disebut-sebut saat itu, Amien Rais akan memimpin langsung partai tersebut. Banyak loyalis Amien Rais di PAN juga disebut akan turut bergabung. Salah satunya disampaikan oleh salah seorang loyalis Amien Rais Agung Mozin kepada rekan media, Jumat (8/5).

Namun dari keluarga sendiri yakni Mumtaz Rais menyebut Hanafi sedang baper politik. Mumtaz memang berbeda kubu dengan Hanafi di Kongres PAN. Jika Hanafi ada di pihak ayahnya, Amien Rais, maka adiknya yakni Mumtaz Rais ada di barisan Zulkifli Hasan (Zulhas), ayah mertuanya. Zulhas pun akhirnya menjadi Ketum PAN periode 2020-2025.

“Saya juga ingin menggarisbawahi bahwa sikap ‘baper politik’ yang dipertontonkan oleh Hanafi Rais serta adik-adiknya, yakni Hanum Rais dan Tasniem Rais, tidak akan berpengaruh sama sekali kepada saya Mumtaz Rais,” kata Mumtaz kepada wartawan, Selasa (5/5).

Pembelaan kepada Hanafi datang dari PAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka setuju dengan pandangan Hanafi Rais soal langkah PAN yang saat ini terkesan tidak adil, bahkan mengkhianati aspirasi dari konstituen.

Hanafi yang sudah masuk dalam kepengurusan DPP PAN Zulhas dengan menjabat Wakil Ketua Umum, disebut seharusnya tidak lagi dikaitkan dengan friksi dalam kongres.

Tak berhenti sampai di situ, elite PAN sempat melontarkan narasi sengkuni usai Hanafi Rais mundur. Wakil Bendahara Umum DPP PAN Rizki Aljupri menyebut orang yang akan bergabung pada partai baru tersebut merupakan sekelompok orang yang tak dapat menerima kekalahan.

“Kami justru bersyukur, karena saat ini PAN dapat lepas dari orang-orang yang memiliki karakter Sengkuni,” kata Rizki dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/5).

Menanggapi pernyataan itu, loyalis Amien Rais, Agung Mozin menyebut justru pengurus PAN-lah yang merupakan Sengkuni. Narasi Sengkuni jadi polemik panjang. Hingga akhirnya Sekjen PAN Eddy Soeparno menyatakan pihaknya tak mau lagi memperpanjang polemik tersebut dan mengungkap PAN sudah menegur Rizki.

“Saya tidak ingin memperpanjang polemik penggunaan istilah Sengkuni karena bagi kami pengurus yang sempat melontarkan ungkapan Sengkuni tersebut sudah kami beri peringatan secara keras, dan dia juga sudah menyampaikan permintaan maafnya atas terpelesetnya dia menyampaikan kata-kata tersebut,” ungkap Eddy kepada rekan media, Sabtu (16/5).

Babak baru lain arah politik keluarga Amien Rais muncul saat video Presiden Joko Widodo  yang marah terhadap menterinya diungkap di publik. Lewat sebuah video yang diunggah di akun Instagramnya @amienraisofficial, Amien Rais menyampaikan kritik keras terhadap Jokowi.

“Nah sekarang saya lihat ada dua kemungkinan, pertama Pak Jokowi, maaf, sedang bersandiwara politik, dengan mengaduh-aduh merintih-rintih, biar rakyat kembali menjadi mempercayai Pak Jokowi, mencintai Pak Jokowi, beliau harus dibela. Jadi yang, maaf, membuat jengkel Pak Jokowi adalah para menterinya, sementara Pak Jokowi itu bagus sekali,” ujar Amien Rais dalam video yang dilihat rekan media, Kamis (2/7).

Video ini muncul tak berjarak lama dengan pernyataan anak ketiga Amien Rais, Mumtaz Rais, yang mundur dari kontestasi Pilkada Sleman 2020. Sehari setelahnya, kabar lain soal Mumtaz kembali muncul. Nama Mumtaz Rais ternyata disodorkan oleh PAN untuk masuk ke daftar kabinet Jokowi. Hal ini disampaikan oleh Wakil Bendahara Umum PAN Rizki Aljupri, kemarin.

Menanggapi pernyataan Rizki, pada hari yang sama Mumtaz menyatakan kesiapannya jadi menteri Jokowi. “Kalau memang Tuhan punya jalan lain, ya, saya siap. Harus siap karena panggilan negeri,” kata anak ketiga Amien Rais ini saat dihubungi rekan media,  kemarin.

Mumtaz bahkan menyatakan yakin dengan program-program yang dicanangkan Jokowi.

“Dan saya pribadi selama ini meyakini dengan program-program yang dicanangkan oleh Pak Jokowi,” ujarnya.

Dorongan ini menuai tanggapan dari partai-partai koalisi. Salah satunya Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali mengatakan partai koalisi tidak bisa memainkan politik dua kaki.

“Etikanya ketika kita menyatakan berkoalisi maka pasti plus-minus pemerintah harus kita terima, tidak bisa kemudian main dua kaki, itu harus tertib dulu menurut saya,” kata Ali, kepada wartawan, Jumat (3/7).

Sedangkan PKB menilai dorongan tersebut merupakan hal yang aneh bin ajaib. Senada, PPP meminta PAN menegaskan terlebih dulu sikap politiknya jika mendukung pemerintah. (lk/dtk)

Komentar