Harap Sabar BNBA Disuspen, Ingat Bakal Jadi Naga atau Cacing!

JurnalPatroliNews – Jakarta, Saham bank PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) baru-baru ini menjadi primadona investor. Namun euphoria tersebut terhenti, karena Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham ini.

Penggeraknya adalah rumor yang beredar di kalangan para pelaku pasar bahwa SEA Group yang merupakan induk dari marketplace digital Shopee akan mengakuisisi BNBA dan meleburnya dengan Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang sudah lebih dahulu diakuisisi.

Beredarnya rumor ini menyebabkan harga saham BNBA terbang tinggi, lihat saja dalam sepekan terakhir BNBA sudah terbang 142% bahkan BNBA sudah melesat 268% sejak awal tahun.

Spekulasi dilakukan oleh para investor mengingat apabila rumor tersebut memang benar, harapanya setelah dicaplok oleh pemodal besar harga saham akan mengalami peningkatan karena akan terjadi valuasi ulang karena ada suntikan modal baru dari investor baru.

Hal ini sudah terjadi sebelumnya pada saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang dahulu bernama Bank Artos dan diperdagangkan dengan kapitalisasi pasar ratusan miliar saja.

Setelah dicaplok Patrick Walujo dan Jerry Ng serta masuknya Gojek ke Bank Jago, kapitalisasi pasarnya melesat kencang hingga mencapai hampir Rp 100 triliun sehingga harga sahamnya ikut melesat kencang.

Hal ini tentu menyebabkan para investor tekena efek FOMO alias fear of missing out dan tidak mau ketinggalan lagi saham-saham yang nantinya akan menjadi the next ARTO.

Meskipun demikian investor perlu mengingat bahwa nantinya apabila rumor tersebut terbukti tidak benar maka harga saham BNBA akan anjlok parah seperti yang sebelumnya sudah pernah terjadi.

Tentunya masih segar diingatan para pelaku pasar 2017 silam ketika PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) dan PT Bank Harda Indonesia Tbk (BBHI) dirumorkan akan dicaplok oleh PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) untuk dijadikan bank digital. Saham BGTG dan BBHI langsung melesat kencang mirip dengan kejadian saat ini

Setelah rumor tersebut terbantahkan dan ternyata BBCA malah tidak memilih kedua bank tersebut dan meminang Bank Royal Indonesia dan Rabobank.

Akibatnya saham BGTG dan BBHI langsung drop parah. BBHI yang sempat terbang hingga level Rp 356/saham terpaksa anjlok parah 72% ketika ternyata rumor tersebut terbukti tidak benar.

Sedangkan BGTG yang sempat terbang hingga harga Rp 214/saham terpaksa tumbang dan menyisakan kerugian mencapai 64% bagi yang nyangkut di ‘pucuk’.

Bahkan investor yang membeli BGTG di harga pucuk masih ‘nyangkut’ dan masih belum bisa keluar sampai saat ini karena harganya belum kembali ke level tertingginya 2017 silam selang 3 tahun.

Well, bagaimana prospek BNBA? Apakah akan menjadi ARTO selanjutnya, atau malah akan bernasib sial dan menjadi BGTG?

Tentunya yang perlu dicermati para investor adalah pola kenaikan saham ARTO dan BNBA yang agak berbeda.

Ketika muncul rumor masuknya Gojek ke ARTO, saham ARTO langsung melesat kencang, namun kenaikan tersebut tidak disertai oleh volume perdagangan yang tinggi, sehingga saham ARTO tidak banyak terdistribusi ke investor ritel sehingga mudah untuk diterbangkan harga sahamnya.

Catat saja ketika melesat kencang volume perdagangan saham ARTO selalu berada di bawah 5.000 lot per hari, bahkan seringkali ketika melesat ARTO hanya diperdagangkan ratusan lot saja dalam sehari.

Hal ini tentu saja jauh berbeda dengan BNBA yang ketika melesat kencang volume perdaganganya sangatlah jumbo mencapai ratusan ribu lot dalam sehari, bahkan sempat hampir menyentuh angka 1 juta lot perdagangan dalam sehari yang mengindikasikan adanya pola distribusi.

Selanjutnya Investor ritel juga tercatat menjadi pembeli paling banyak saham BNBA. Ini tampak dari broker yang menjadi fasilitator pembelian.

Sejak awal tahun, Mirae Asset Sekuritas (YP) merupakan broker yang paling banyak melakukan pembelian bersih sekitar 12,8 juta saham. Lalu ada Mandiri Sekuritas (CC) dengan volume pembelian 11,8 juta saham dan Indo Premier Sekuritas (PD) sekitar 7,2 juta saham. Ketiga broker ini banyak digunakan oleh investor ritel untuk bertransaksi saham.

Apalagi mengingat bahwa investor asing juga terus menerus melakukan penjualan di saham BNBA yakni sebanyak Rp 16,7 miliar sejak awal tahun.

(cnbc)

Komentar