Majapahit Yang Agung Riwayatmu Kini

b. Sang Merah Putih. Bendera nasional berwarna merah dan putih yang kita gunakan sekarang pada zaman Majapahit disebut bendera “Gula Klapa” (Jw: Gulo Klopo). Warna “Merah-Putih” atau “Tés Bang-Tés Putih” makna lain dari “Lingga-Yoni” adalah simbol unsur maskulin dan feminin di alam semesta. Maskulin menggambarkan sifat tatag (berani/ tegas), feminin mencerminkan sifat welas asih (suci/ bijak). Dalam filsafat Jawa kuno, proses bertemunya dua unsur ilahiah cikal bakal terciptanya “Jagat Agung” dan “Jagat Alit” tersebut merupakan ajaran tertua. Jauh sebelum agama-agama yang kita kenal sekarang lahir dan merambah bumi Nusantara. Itulah sebabnya panji-panji kerajaan pra-Majapahit, seperti Singasari dan Kediri juga menggunakan corak yang sama.

c. Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Seperti telah dijelaskan, sesanti “Bhinneka Tunggal Ika” atau lengkapnya “Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” yang kini menjadi semboyan negara ditulis pada masa Hayam Wuruk. Penekanan utama pada masa itu ialah terciptanya kerukunan antarumat beragama: Hindu-Buddha. Dengan semangat yang sama, kini cakupannya diperluas. Bukan kerukunan antarumat beragama saja tetapi juga kerukunan masyarakat Indonesia secara keseluruhan yang beraneka suku, ras, dan antargolongan (SARA). Kerukunan nasional berbasis nilai-nilai luhur warisan Majapahit inilah yang menjadi fondasi sekaligus perekat persatuan.  

d. Lencana Perang. Sama dengan armada Majapahit, setiap KRI juga dilengkapi bendera “Getih Getah Samudra” atau Lencana Perang, bendera dengan corak kombinasi lima setrip warna merah dan empat setrip warna putih. Lima setrip warna merah konon menggambarkan armada Majapahit waktu itu yang tergelar di empat penjuru mata angin dan satu di inti pusaran, yaitu Laut China Selatan (utara), Laut Banda-Seram-Arafuru (timur), Samudra Hindia selatan Jawa (selatan), Samudra Hindia barat Sumatra (barat), dan Laut Jawa (pusat). Entah kebetulan atau tidak bendera yang sama juga digunakan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy). Bedanya, di negeri Paman Sam setrip merah di sana berjumlah tujuh. Demikian pula armada lautnya.

e. Nama/ istilah. Tidak sedikit berbagai aspek kehidupan Majapahit, mulai urusan pemerintahan, angkatan perang, hukum, pendidikan hingga hal-hal yang bersifat tradisi masih dilestarikan. Selain memberi sentuhan keunikan, kebanggaan, dan motivasi, penggunaan berbagai nama/ istilah Majapahit juga dinilai dapat mengobati kerinduan akan karya-karya agung tempo dulu. Bagaimanapun glorifikasi kejayaan masa lalu dibutuhkan agar bangsa ini lebih percaya diri menatap masa depan. Contoh nama/ istilah yang masih digunakan, antara lain “Yatnanggegwani Pancasyiila Kertasangskarbhisekaka Krama” dari Nagarakretagama dan “Pancasila Krama” dari Sutasoma (Pancasila), Adhyaksa (Kejaksaan), Dharmaputra (Kostrad), Jalamangkara (Marinir), Bhayangkara (Polri), dan masih banyak lagi.

Tidak diragukan betapa tak ternilai warisan leluhur yang ditinggalkan. Sayang Majapahit kini terlupakan.

Mencegah tragedi terulang

Konstelasi Nusantara prakemerdekaan terdiri dari puluhan hingga ratusan kerajaan. Tetapi berdasar luasnya wilayah dan besarnya pengaruh, menurut Muhammad Yamin hanya Sriwijaya dan Majapahit yang memenuhi kriteria kerajaan atau negara nasional. Dengan demikian maka periodisasi negara Nusantara terbagi tiga, yaitu Negara Nusantara I (Sriwijaya), Negara Nusantara II (Majapahit), Negara Nusantara III (NKRI). Korelasi dan kesinambungan sejarah Nusantara ini penting sehingga sebagai bangsa kita memiliki keyakinan teguh tentang siapa sejatinya kita, dari mana kita kemarin, sampai di mana hari ini, dan ke mana esok menuju.

Komentar