Ny Putri Koster Jadi Narasumber Talkshow “Amertha Taksu Abhinaya” Di Pantai Karangsewu-Gilimanuk, Taman Nasional Bali Barat

“Mari kita memulai dari diri kita sendiri untuk membiasakan hidup bersih, agar jangan sampai di hilir terus sibuk mengelola dan memilah sampah sedangkan di hulu tetap sibuk membuat dan menghasilkan sampah. Mari kita jadikan Bali untuk kembali kepada tatanan yang sesuai untuk menuju Bali yang taat, kokoh dan kuat dengan warisan leluhurnya yang tata-titi-tenteram-kerta-raharja dengan prinsip ‘desaku bersih tanpa mengotori desa lain’,” imbuh Ny. Putri Koster.

6Sebagai bentuk cinta kasih dan kepeduliannya, Ny. Putri Koster yang didamping oleh Plt. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI serta Bupati Jembrana menyerahkan 100 paket sembako dari TP PKK Provinsi Bali kepada 100 lansia yang berasal dari desa penyangga Taman Nasional Bali Barat yakni Desa Gilimanuk, Desa Pejarakan, Desa Melaya, Desa Sumberkima, Desa Sumber Klampok, Desa Ekasari dan Desa Belimbing Sari.

Pada kesempatan sama narasumber lain yakni IA Rusmarini selaku Pembina Desa Wisata se-Bali sekaligus Penerima Kalpataru 2020 pembudidaya tanaman obat, upakara dan tanaman langka, memaparkan bahwa sampah jika dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan rupiah dan membantu perekonomian masyarakat. Karena semua potensi alam yang ada bisa diolah dengan cara yang kreatif, misalnya sampah organik atau limbah bisa dijadikan pupuk organik yang bermanfaat bagi tumbuhan serta tanaman perkebunan. Hal ini tentu saja akan mengurangi penggunaan zat kimiawi bagi petani dan sehat bagi kita yang akan mengkonsumsi hasil panen pertanian.

Selain itu, di dalam tubuh yang sehat tentu membutuhkan pangan yang berasal dari olahan tangan yang bersih dan sehat juga, baik itu dari mulai menanam, panen hingga pengolahannya atau memasak. “Oleh karena itu maka diharapkan perempuanlah yang menjadi agen perubahan yang mempromosikan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Kedepannya diharapkan perempuan dapat mendorong lebih banyak lagi untuk memimpin langkah – langkah pelestarian lingkungan hidup, yang mungkin dapat memberikan inspirasi luar biasa kepada kita semua dalam bidang lingkungan hidup,” tandasnya.

I Nyoman Alit Putrawan, Wakil Direktur Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, yang djuga diundang sebagai narasumber menyatakan, sesuai Niti Sastra 39 terdapat tujuh (7) IBU yang harus dihormati, yakni ibu kandung, istri guru kerohanian, istri brahmana, istri raja, perawat, sapi dan bumi. Sehingga kita wajib menjaga lingkungan dari kerusakan alam baik itu penebangan pohon secara brutal dan liar (pembalakan hutan), polusi air dari limbah industri dan pertambangan serta polusi udara.

“Menghormati alam semesta sama juga artinya dengan menghormati IBU atau kaum perempuan, karena dimana Wanita dihormati maka disanalah para dewa berkenan, namun dimanapun Wanita tidak dihormati maka upacara suci apapun tidak akan membuah hasil. Hal ini bisa diartikan bahwa apabila lingkungan kita dirusak dengan sengaja, maka tidak akan pernah ada kesejahteraan dan kenyamanan hidup yang dirasakan,” ungkapnya.

Selain itu ia juga mendukung visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang berfokus kepada Danu Kerthi yang menitik beratkan kepada air sebagai sumber kehidupan. “Jjanganlah satu orangpun yang membuang kotoran dan mencemari sungai, karena segala sumber kehidupan kita berasal dari air,” pungkasnya.

Komentar