Sejarah Mencatat, OAP Tidak Pernah Membunuh Gembala Umat!

Jurnalpatrolinews – Jayapura : Tuduhan Pemerintah Indonesia bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata [KKB] atau di kalangan Orang Asli Papua [OAP] menyebut TPN/OPM menembak Pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya perlu dipertanyakan. Hal ini penting, sebab sejauh ini, setelah rakyat Papua mengenal betul ajaran “agama”, bahwa agama mengajarkan hal yang tidak kacau, atau hal yang baik, umat Papua tidak pernah membunuh gembala, bahkan membenci sekalipun.

Bagi umat Papua, gembala dilihatnya sebagai “tuan, Tuhan”, yang hadir dan menyapa. OAP melayani sang gembala seperti Tuhan, apalagi di bagian kampung dan pegunungan. Menuduh rakyat Papua menembak Pendeta adalah satu hal yang memang tidak bisa diterima secara logis maupun emosional. Sebab umat Papua mencintai gembala, sekaligus mengetahui dan mengimani bahwa gembala mewartakan kabar baik dan membuat jiwanya selamat di akhirat.

Bagaimana umat Papua memandang gembala dan memperlakukan gembala mereka, akan memuntahkan tuduhan pemerintah Indonesia bahwa yang menembak pendeta Yeremia Zanambani adalah KKB.

Gembala bagi OAP

Bagi OAP, gembala adalah pewarta Injil, pelayan Firman Allah. Gembala hadir mengajarkan hidup yang baik dan benar. Gembala mengajarkan jemaat untuk tidak berbuat jahat, apalagi setingkat membunuh. Terhadap OAP diajarkan bahwa membunuh adalah dosa dan dilarang juga oleh Tuhan sendiri.

Karena itu, menurut orang Papua, gembala adalah:

1. Pelayan Firman Allah. Mereka mewartakan Firman Allah. Mereka menjadi nabi dan gembala umat Allah.

2. Pengajar iman dan penjaga iman. Orang Papua diajarkan bahwa gembala adalah pewarta iman, sekaligus penjaga iman agar tetap tumbuh subur dan berkembang biak.

3. Penolong hidup. Sebab mereka membantu, menolong umat dengan menjadi guru, tukang, tim medis dan lain-lain di kampung-kampung.

4. Bapak. Mereka adalah bapak yang berjalan bersama anak-anaknya (umat) ke suatu tempat yang namanya Yerusalem Surgawi.

Karena itu tindakan tunggal dan satu-satunya dari umat untuk gembala adalah “mencintai”, bukan membenci, apalagi menembak mati.

Umat sangat mencintai Gembala

Umat Papua (OAP) sangat mencintai gembala mereka. Karena, dengan kehadiran gembala terpancar sinar-sinar ilahi. Umat melihat kehadiran gembala sebagai Tuhan sendiri. Keyakinan ini makin menuntun umat untuk mencintainya, sebab sang gembala terlebih dahulu mencintai umatnya.

Di Papua antara umat dan gembala saling mencintai, saling mendukung dan melengkapi sebagai satu persekutuan yang berziarah bersama.
Karena itu, KKB menembak mati Pendeta Yeremia Zanambani adalah satu hal yang sangat tidak masuk akal, bahkan tidak benar. Hal tidak mungkin terjadi, apalagi ditembak mati di dalam kandang ternaknya sendiri.

Dari pengalaman hidup yang telah berlalu sebagai “sejarah Gereja” Papua, dapat disimpulkan bahwa yang menembak bapa pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya adalah bukan KKB (OAP). OAP yang telah memandang dan meyakini pendeta (gembala) sebagai bapak, tidak mungkin melakukan tidak manusiawi itu. OAP pasti tidak tegah memperlakukan pembunuhan terhadap gembalanya sendiri.  (wagaei)

Komentar