Sketsa Pasar Pertahanan Indonesia, Pinjaman Luar Negeri Masih Jadi Andalan

Diperkirakan, industri pertahanan Prancis akan mendapatkan kucuran dana sekitar US$ 12 miliar dari pesanan Indonesia selama jangka waktu 2021-2024 apabila anggaran tambahan untuk pesawat tempur Rafale disetujui, kapal selam kelas Scorpene dipilih oleh Indonesia dan Airbus Defence and Space mampu menyingkirkan pesaingnya.

Turki adalah pihak berikutnya yang akan menikmati belanja senjata Indonesia, di mana pihak yang diuntungkan antara lain Havelsan, Roketsan, Baykar dan TAIS. Dibandingkan dengan Prancis, nilai kontrak pengadaan senjata dari Turki di semuanya di bawah US$ 500 juta per kegiatan.

Menurut kalkulasi, nilai total PSP yang terkait dengan pengadaan senjata dari Turki sejauh ini sekitar US$ 1,5 miliar dan angka tersebut masih mungkin bertambah hingga 2024 namun tidak akan meningkat secara tajam. Dengan kata lain, terdapat jurang yang cukup lebar antara nilai total belanja senjata Indonesia ke Turki dibandingkan dengan kegiatan serupa dengan Prancis.

Turki merupakan pemain baru dalam pasar pertahanan Indonesia dan baru melakukan penetrasi pasar secara masif sejak 2020. Sebelumnya, kehadiran industri pertahanan Turki di Indonesia dipelopori oleh FNSS melalui pengembangan bersama tank medium Harimau yang berbasis pada keluarga kendaraan lapis baja Kaplan.

Penetrasi masif industri pertahanan Turki dalam tiga tahun terakhir tidak lepas dari lobi jaringan industri pertahanan Turki ke Kementerian Pertahanan. Selain Prancis, Turki merupakan salah satu negara yang beberapa kali dikunjungi oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sejak menjabat pada 23 Oktober 2020.

Dari sisi nilai kontrak, Italia dapat melampaui peringkat Turki apabila Kementerian Keuangan menyetujui pembiayaan € 4,1 miliar untuk akuisisi enam fregat FREMM. Sampai saat ini nasib pengadaan fregat FREMM yang kontraknya telah ditandatangani pada 4 Juni 2021 tergantung pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Kementerian Keuangan.

Pada sisi lain, kredibilitas Indonesia di mata Italia juga dipertaruhkan terkait rencana pembelian fregat buatan Fincantieri tersebut. Pihak Italia nampaknya terus menekan Indonesia guna memastikan bahwa kontrak tersebut akan dieksekusi oleh Indonesia.

Korea Selatan yang pada periode kedua Presiden Yudhoyono dan periode pertama Presiden Widodo sempat menikmati pesanan cukup besar dari Indonesia kini berada di peringkat bawah pasar pertahanan Indonesia. Sejak 2021, Indonesia hanya membelanjakan US$ 240 juta untuk pengadaan pesawat Lead-In Fighter Trainer (LIFT) T-50, sementara kontrak pembelian gelombang kedua kapal selam DSME Type 209 macet karena Indonesia tidak puas dengan kondisi kapal selam gelombang pertama.

Komentar