Agen Kehancuran: Siapa Saja yang Menciptakan Kekacauan di Dunia dan Mengapa?

Namun lebih banyak peneliti risiko bencana berfokus pada “narasi teror warga”, yang berkaitan dengan “risiko agensial”: yakni ancaman dari aktor-aktor minor dari kelompok teror ambisius.

Artinya, dari seluruh penduduk dunia, dikhawatirkan ada setidaknya satu individu atau kelompok yang memiliki motivasi untuk menciptakan Ragnarök.

Dalam hal ini, salah satu masalah terbesar adalah meningkatnya informasi dan teknologi berbahaya yang bisa diakses orang banyak. Oleh karena itulah, beberapa orang menyarankan aturan preventif dan pengawasan ketat untuk mengontrol hipotesis menyebarnya senjata pemusnah massal tersebut.

Dengan pandangan ini, pihak-pihak berkuasa dipercaya tidak akan menghancurkan dunia karena memiliki kepentingan rasional.

Seperti yang disebutkan oleh Astronomer Royal Lord Inggris Martin Rees dalam bukunya Our Final Century, kehancuran dunia yang dipicu manusia kemungkinan akan berupa “teror atau kesalahan”, tindakan jahat oleh sekelompok kecil orang atau kesalahan pihak berkuasa.

Para teroris dan ‘lone wolf‘ tidak diragukan lagi merupakan masalah. Namun mereka tampaknya tidak mungkin menjadi sumber kehancuran global.

Kenyataannya, secara historis dan pada saat ini, ketika kekacauan terjadi, aktor-aktor berbeda dapat disalahkan. Bagaimanapun, menghancurkan sebagian besar dari dunia membutuhkan kekuasaan dan kerahasiaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya telah mempelajari kekuatan-kekuatan berbeda yang menyebabkan kehancuran dan kekacauan dalam sejarah. Saya juga bekerja dengan rekan-rekan dari Pusat Studi Risiko Eksistensial dari Universitas Cambridge untuk menganalisis bahaya modern yang kita hadapi di masa kini.

Selama riset ini, saya semakin meyakini bahwa hanya ada segelintir institusi yang memiliki sumber daya — dan kurang diperhatikan — untuk dapat membahayakan dunia.

Ancaman terbesar tidak akan datang dari masyarakat biasa, namun berasal dari keinginan dari pihak berkuasa untuk mengendalikan, mengeruk keuntungan, dan memiliki kekuatan militer besar.

Ada beberapa ancaman global oleh manusia yang dikemukakan oleh para peneliti: kecerdasan umum buatan (artificial general intelligence – AGI), senjata biologi, perubahan iklim, senjata otonom yang mematikan, senjata nuklir, dan pengawasan massal.

Semua ini adalah produk dari sekelompok kecil industri berkuasa dan didominasi oleh sedikit aktor. Industri kemiliteran, industri bahan bakar fosil, dan Big Tech.

Semua industri ini terkonsentrasi di beberapa negara saja, terutama di AS. Mari kita sebut mereka Agen Kehancuran.

Kehancuran global dapat didefinisikan sebagai kerugian publik dengan keuntungan bagi pribadi. Kita terlalu sering menyangka kehancuran global di masa depan sebagai kekacauan-kekacauan yang terpisah — namun risiko terbesar sebenarnya adalah kekuatan yang terkonsentrasi dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Kecerdasan umum buatan (AGI)

Pada 2020, sekitar 72 proyek secara terbuka meneliti penggunaan AGI di 37 negara. Ini pada dasarnya adalah proyek perusahaan dan akademis.

Separuh di antaranya berada di AS dan delapan dari sembilan proyek yang memiliki kaitan dengan militer berada di AS. Angka ini kemungkinan lebih rendah dari kenyataan, karena beberapa program militer dirahasiakan.

(Catatan: ‘Lead’ adalah negara di mana kepemimpinan administratif dan operasional terletak. ‘Partner’ merujuk pada negara-negara yang berkontribusi terhadap proyek yang melibatkan lebih dari satu negara.)

Ancaman senjata biologis

Pengembangan dan pembudidayaan senjata biologis yang disengaja tidak benar-benar dimulai hingga sekitar Perang Dunia Pertama.

Sekitar 11 negara memiliki program bioweapons selama abad ke-20 yang menyebabkan 18 insiden terkait senjata biologi.

Kasus terparah pada masa tersebut adalah penggunaan Tipes, Kolera, dan agen-agen lain oleh Jepang (melalui Unit 731) saat melawan China pada PD2.

Bioterorisme sejak itu menjadi semakin sering namun memiliki dampak lebih kecil. Sebuah riset atas sejumlah penelitian menunjukkan tingkat insiden rata-rata untuk kejahatan dan terorisme biologis sebesar 0,35-3,5 (yang artinya sekitar satu di setiap 2,9 tahun hingga 3,5 per tahun).

Namun penghitungan ini termasuk sejumlah besar hoaks. Kebanyakan serangan di dunia nyata menghasilkan jumlah korban yang sedikit.

Ini membuat beberapa ilmuwan menyimpulkan, “meskipun dengan sumber daya finansial, struktural, dan logistik, meluncurkan serangan senjata biologis yang sukses lebih sulit dari yang terlihat.”

Sebaliknya, para peneliti juga mencatat bahwa revolusi dalam bioteknologi dapat memberikan keuntungan besar kepada sektor militer suatu negara.

Perubahan iklim

Hanya 100 perusahaan yang bertanggung jawab atas 71% emisi gas rumah kaca industrial sejak 1988.

Beberapa perusahaan raksasa bahan bakar fosil juga secara kompleks mendanai firma, lembaga pemikir, dan para ilmuwan yang bertanggung jawab menyebarkan keraguan tentang perubahan iklim. Para “penyebar keraguan” ini adalah kelompok yang kecil dan fokus.

Sementara di tataran negara, sepuluh negara adalah penghasil emiten terbesar dan menyumbang tiga per empat kumulatif emisi global (Uni Eropa dihitung sebagai satu kesatuan), dan AS sekitar seperempatnya.

Pola serupa muncul ketika kami melihat sebaran cadangan bahan bakar fosil di seluruh daratan. Enam negara dan satu wilayah (secara kolektif terdiri dari 18 negara) memiliki 80% cadangan minyak bumi.

Senjata otonom mematikan (Lethal Autonomous Weapons – LAWs)

Salah satu yang berusaha mengembangkan LAW adalah Defence Advance Research Projects Agencies (Darpa) pada 1983, dengan proyek bernama Smart Weapons Program.

Termasuk di dalamnya adalah proyek “Robot Pembunuh”. Slogan mereka adalah “Medan perang bukanlah tempat untuk manusia”.

Sejak itu, ketertarikan pada senjata pembunuh otomatis berkembang. Salah satu yang paling baru adalah persaingan dalam mengembangkan pasukan mematikan kecerdasan buatan (AI).

Amerika Serikat memimpin dalam bidang ini, diikuti oleh China, Russia, Korea Selatan, dan Uni Eropa.

Mereka dijabarkan oleh sebuah LSM bernama Pax sebagai 30 perusahaan “risiko tinggi” yang bekerja dengan LAWs, atau teknologi lain yang serupa, dan tidak memiliki aturan yang memastikan adanya kendali manusia dalam pengoperasiannya.

Senjata nuklir

Proyek Manhattan pada 1942-1946 membuahkan uji Trinity yang sukses pada 1945. Pada 1954, uji coba lain, yang bernama Castle Bravo memproduksi alat termonuklir pertama.

Komentar