Arab Saudi Kokoh Pertahankan Minyak Meski Isu Penghentian Muncul

JurnalPatroliNews – Arab – Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman Dalam perundingan iklim COP28 di Dubai, dengan tegas menolak penghapusan bahan bakar fosil. Meskipun usulan penghentian bahan bakar tersebut tercantum dalam draf perjanjian aksi iklim, Abdulaziz menyatakan bahwa Arab Saudi, sebagai eksportir minyak terbesar di dunia, tidak akan menyetujui langkah tersebut.

Dalam wawancara dengan Bloomberg di Riyadh, Abdulaziz menegaskan, “Sama sekali tidak. Dan saya yakinkan Anda, tidak ada satu orang pun – saya berbicara tentang pemerintah – yang percaya akan hal itu.”

Keputusan ini telah memicu perundingan yang sulit antara delegasi dari berbagai negara yang berusaha mencapai konsensus pada pertemuan yang dijadwalkan berakhir pada 12 Desember.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dalam wawancara dengan AFP, sebelumnya telah memanggil untuk penghentian total bahan bakar fosil, memperingatkan akan “bencana total” jika tidak ada tindakan konkret. Meski demikian, Abdulaziz menantang mereka yang mendukung langkah tersebut, menyatakan, “Biarkan mereka melakukannya sendiri. Dan kita akan melihat seberapa banyak yang bisa mereka hasilkan.”

Selain menolak penghentian fosil, Arab Saudi juga mencemooh sumbangan Barat untuk dana kerugian dan kerusakan iklim sebagai “perubahan kecil.” Meskipun dana tersebut telah menarik sekitar US$655 juta dari donor seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, jumlah ini dikritik karena dianggap tidak mencukupi oleh para aktivis.

Arab Saudi sendiri telah melakukan investasi dalam energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi perekonomiannya pada tahun 2030. Namun, target ini tidak termasuk emisi dari 8,9 juta barel minyak per hari yang diekspor oleh Arab Saudi. Kritik juga mengarah pada kurangnya transparansi dan ketidakikatan janji dalam dana swasta yang Riyadh berikan, yang mencakup pinjaman serta investasi.

Komentar