Boikot Anti Israel Semakin Meluas, Kini Giliran Bank Terkena Apesnya

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Genosida yang dilakukan Israel di Gaza, membuat gerakan boikot beberapa produk yang berhubungan dengan Negeri Yahudi tersebut, terus berkobar.

Boikot untuk mendukung Palestina, menjadi penyebab pendapatan McDonald’s dan Starbucks, melorot tajam pada kuartal terakhir tahun 2023.

Seakan tak bisa dibendung, beberapa Bank yang dianggap memiliki hubungan dengan Israel, kini menjadi sasaran boikot.

Dikutip dari CNBC International, Barclays, raksasa perbankan Inggris, yang dianggap memberikan dukungan pendanaan bank atas serangan Genosida Israel terhadap warga Palestina, sejak Februari lalu, lebih dari 1.500 orang menutup rekening mereka di bank tersebut sebagai protes.

“Kampanye Solidaritas Palestina (PSC) melaporkan, bahwa ribuan orang lainnya telah menandatangani perjanjian untuk tidak pernah melakukan transaksi perbankan dengan Barclays, selama mereka tetap terlibat dalam sistem apartheid Israel,” muat Middle East Monitor (MEMO), Kamis (28/3/24).

Barclays Bank, diyakini memberikan lebih dari £3 miliar dalam bentuk pinjaman dan penjaminan kepada sembilan perusahaan pro Israel. Mereka diantaranya membuat senjata, komponen, dan teknologi militer, yang digunakan oleh Israel untuk melakukan genosida ke warga Palestina.

Termasuk juga General Dynamics, yang memproduksi sistem senjata jet tempur Israel yang membombardir Gaza. Ada pula Elbit Systems, yang memproduksi drone lapis baja, amunisi dan senjata artileri yang digunakan oleh militer Israel.

“Dengan menyediakan investasi dan layanan keuangan kepada perusahaan-perusahaan senjata ini, Barclays memfasilitasi penyediaan senjata dan teknologi, untuk serangan Israel terhadap warga Palestina,” ujar PSC.

“Penutupan rekening massal adalah bagian dari kampanye, yang bertujuan untuk menyoroti kebijakan perbankan beracun Barclays, yang menjadikannya terlibat dalam kejahatan perang Israel. Barclays akan menjadi target kampanye media sosial, aksi protes dan aksi duduk, hingga mereka terpaksa memprioritaskan kemanusiaan daripada keuntungan,” tambah PSC.

Awalnya, seruan boikot dimulai dari hal yang kecil. Kini, beberapa postingan media sosial, mendorong masyarakat untuk menarik sejumlah kecil uang dari rekening yang terdaftar di bank-bank yang masuk “daftar hitam”.

Seruan tersebut, memberi alternatif yang menyarankan warga mentransfer dana ke bank-bank kecil, atau lembaga keuangan yang tidak memiliki hubungan dengan penyedia senjata Israel. Secara luas, boikot ini merupakan bagian dari gerakan Desentralisasi yang lebih luas yang disebut BDS (Boikot, Divestasi, Sanksi).

Sebelumnya, Bank Dunia juga sempat menghadapi kampanye boikot serupa, atas dukungan keuangannya terhadap Apartheid Afrika Selatan, yang pada akhirnya, terpaksa melakukan Divestasi pada tahun 1986 silam.

Komentar