Ledakan Guncang Bandara Baghdad, Dihantam Roket Katyusha

JurnalPatroliNews – Iran – Ledakan guncang terjadi di kawasan Bandara Baghdad pada Selasa malam, tepat sehari sebelum kunjungan Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, pada Rabu (11/9/2024).

Menurut laporan dari media keamanan Irak, suara ledakan terdengar sekitar pukul 11.00 waktu setempat. Area yang terkena ledakan merupakan wilayah yang sering digunakan oleh militer Amerika Serikat (AS).

“Pihak keamanan Irak belum dapat memastikan jenis atau penyebab ledakan, dan belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas insiden ini,” demikian disampaikan oleh Associated Press (AP).

“Lalu lintas udara sipil tetap berjalan normal meskipun insiden ini sedang diselidiki,” tambah laporan tersebut.

Seorang pejabat Irak yang berada di lokasi mengonfirmasi adanya dua ledakan kuat, meskipun ia meminta identitasnya dirahasiakan. Ia menyebut bahwa ledakan berasal dari area logistik yang digunakan oleh pasukan AS.

Laporan lebih lanjut menyebutkan bahwa ledakan tersebut disebabkan oleh roket Katyusha. Satu roket menghantam dinding wilayah pasukan anti-terorisme Irak, sementara roket lainnya jatuh di area yang menampung koalisi internasional anti-teroris.

Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Irak dalam pernyataannya pada Rabu malam menyebutkan bahwa ledakan tersebut merupakan “serangan” yang menargetkan Kompleks Layanan Diplomatik Baghdad, yang merupakan fasilitas diplomatik AS. Kedutaan menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa akibat insiden tersebut.

“Syukurlah, tidak ada korban yang dilaporkan. Kami sedang mengevaluasi kerusakan dan menyelidiki penyebabnya,” kata perwakilan dari kedutaan AS.

Fasilitas militer AS sering kali menjadi sasaran serangan, baik oleh kelompok ekstremis Sunni maupun milisi bersenjata Syiah. Sebelumnya, serangan serupa terjadi di Bandara Baghdad pada Januari 2022.

Dalam pernyataan terpisah, kelompok Hizbullah menuding bahwa serangan ini bertujuan untuk mengacaukan rencana kunjungan Presiden Iran ke Baghdad. “Serangan ini dilakukan oleh pihak-pihak yang mencurigakan,” ujar Jaafar al-Husseini, juru bicara kelompok tersebut.

Komentar