Menjilat Ludah Sendiri: Beijing Rangkul Taliban, Netizen China Semburkan Kecaman

JurnalPatroliNews Jakarta – Belakangan ini China menjadi lebih sering mempromosikan Taliban, kelompok yang dikenal sebagai Islam garis keras. Ini menjadi hal yang menarik, mengingat di masa lalu Beijing kerap menghubungkan Taliban dengan Gerakan Islam Turkestan Timur, yang dituduh melakukan serangan teroris dibeberapa wilayah termsuk di Xinjiang.

Dalam briefing hariannya pada Kamis (19/8), Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan bahwa Beijing akan berupaya mempercayai apa yang dijanjikan Taliban setelah kemenangannya atas Kabul.

Menurut Hua, banyak pihak dan media yang tidak percaya bahwa Taliban saat ini berbeda. Menurutnya, Taliban yang sekarang lebih jernih dan rasional daripada terakhir kali berkuasa 20 tahun lalu.

“Beberapa orang menekankan ketidakpercayaan mereka pada Taliban. Kami ingin mengatakan bahwa tidak ada yang tidak berubah selamanya,” kata Hua. “Kita perlu melihat masa lalu dan masa kini. Kita perlu mendengarkan kata-kata dan melihat tindakan.”

Apa yang dikatakan Hua justru menimbulkan reaksi dan kritikan di dalam negeri. Mereka sangat terpukul. Taliban selama ini dikenal sebagai kelompok militan yang dekat dengan kekerasan dan penindasan, terutama terhadap anak perempuan.

Sebelum pidato Hua, netizen diriuhkan dengan postingan People’s Daily, corong Partai Komunis, pada Senin (16/8). People’s memposting video sejarah singkat Taliban tanpa menyebutkan hubungannya dengan terorisme.

Klip berdurasi 60 detik itu mengatakan bahwa kelompok itu dibentuk selama perang saudara Afghanistan oleh siswa di kamp-kamp pengungsi dan diperluas dengan dukungan dari masyarakat awam, menambahkan bahwa mereka telah berperang dengan AS selama 20 tahun sejak serangan 11 September.

Postingan tersebut kemudian menjadi trending top peringkat kelima di Weibo karena memicu reaksi keras dari pengguna yang mempertanyakan mengapa media partai pemerintah mencoba menutupi-nutupi kenyataan yang ada. Netizen beramai-ramai mengecam dan mengutip masa lalu taliban yang kejam, termasuk memenggal kepala orang,  menghancurkan Buddha Bamiyan yang terkenal, dan melarang wanita bekerja dan belajar.

Tak lama setelah serangan, postingan itu nampak menghilang.

Netizen juga mengecam komentar Kementerian Luar Negeri yang menyatakan rasa hormat China terhadap kedaulatan Afghanistan, seolah semua rakyat China mendukung Taliban.

“Apakah Taliban (benar-benar) pilihan rakyat Afghanistan?” sindir netizen dalam sebuah postingan di blog WeChat. Postingan itu dibaca lebih dari 100.000 kali, dan dibagikan secara luas di platform media sosial, tapi tak lama kemudian disensor.

Netizen tidak berhenti sampai dis itu. Postingan tentang kemungkinan perempuan Afghanistan kehilangan kesempatan yang diperoleh dengan susah payah untuk belajar dan bekerja juga disinggung. Termasuk tuduhan penyerangan seksual terhadap selebriti Kris Wu dan seorang eksekutif Alibaba Group Holding Ltd.

Netizen juga menyindir penghapusan postingan pembuat film wanita Afghanistan yang meminta agar dunia memperhatikan negaranya.

“Suara orang Afghanistan semuanya telah disensor oleh Anda!” kecam netizen.

Hua berusaha meredam keriuhan yang terjadi di dalam negeri. Hua kemudian meluruskan pesan yang ia sampaikan pada Kamis. Pada briefing Jumat (20/8) ia memfokuskan pembicaraan pada kegagalan Amerika untuk memaksakan demokrasi di Afghanistan.

Hua mengatakan bahwa demokrasi tidak memiliki model yang baku. Ia mengibaratkan, susu dingin yang tidak cocok dengan perut orang China, dan orang Amerika yang tidak terbiasa menggunakan sumpit.

Hua sekali lagi mengatakan, China berharap Taliban akan menerapkan pernyataan positif mereka, memenuhi janji dan membangun sistem politik yang sesuai dengan situasi domestiknya.

Sebuah laporan berbahasa Mandarin di CCTV4, saluran penyiaran negara untuk informasi di seluruh dunia, memberikan gambaran yang lebih optimis. Situasi di Kabulm setelah pengambilalihan Taliban, telah kembalki normal dan nampak lebih tenang.

“Taliban telah membuat sejumlah jaminan, di antaranta membela hak-hak anak perempuan, bersama dengan mengizinkan mereka untuk bekerja dan memeriksa, serta menciptakan perdamaian di Afghanistan,” ujar siaran itu.

Diantara kecaman netizen China serta kekhawatiran akan kekerasan dan ketidakstabilan, Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban diprediksi akan mengancam hubungan China dengan Pakistan, negara tetangga. China memiliki investsi sebesar 50 miliar dolar As dalam investasi Sabuk dan Jalan.

Komentar