Perubahan Iklim: Menggelorakan ‘Emas Cair’ Resin Pinus yang Ramah Lingkungan, Pengganti Plastik dan Minyak Bumi

Ketika teknologi dan industrialisasi membantu mengubah getah yang kental seperti susu menjadi bahan plastik, pernis, lem, ban, karet, terpentin (zat mengencerkan tinta dan cat), dan bahkan bahan tambahan makanan pada pertengahan abad ke-19, pemilik hutan pinus yang lebat di Castilla y León melihat peluang.

Segera, para pekerja meretas kulit pohon pinus resin di seluruh wilayah untuk mengumpulkan getah yang berharga.

Dan ketika proses yang memakan waktu ini sekarang telah berhenti di sebagian besar dunia, dalam dekade terakhir ini Castilla y León seperti mengalami kelahiran kembali.

Castilla y León adalah rumah bagi banyak produsen resin dibandingkan tempat lain di Eropa dan salah satu tempat terakhir di benua tempat praktik ini masih berlangsung.

Dari “mati menjadi hidup”

Mariano Gómez, lahir di Provinsi Ávila dan telah bekerja selama 32 tahun sebagai pembuat resin pinus.

“Ayah saya adalah produsen resin dan saya belajar darinya. Pada awalnya, saya menggunakan kapak penebang pohon, yang membuat tangan saya akan sangat sakit. Saat ini, alat-alatnya dirancang lebih baik untuk setiap tugas, [tetapi] mereka [masih] manual,” ujarnya.

Gómez dan banyak penduduk setempat lainnya kini menyimpan kapak dan peralatan resin kuno milik nenek moyang mereka di rumah.

Meskipun proses ekstraksi secara praktik tidak berubah sejak revolusi industri dimulai, produsen resin saat ini telah mengembangkan alat yang lebih efisien dan ergonomis (sehingga nyaman dipakai), serta produk kimia yang merangsang sekresi resin.

Hasilnya, produktivitas resin menjadi sangat meningkat.

Fokus pekerja di masa lalu adalah mengekstraksi pohon “sampai mati” dengan metode yang sangat agresif. Kini telah terjadi pergeseran ke “hidup”, yang meminimalkan jumlah sayatan pada kulit kayu dan mengurangi kerusakan pada pohon.

“Mendarahi” pohon

Pada bulan-bulan yang lebih hangat di Maret hingga November, produsen lokal dengan hati-hati mengekstrak resin pinus.

Mereka terlebih dahulu mengupas lapisan luar kulit pohon. Kemudian, sebuah piring atau pelat dipaku ke batang pohon dan pot pengumpul dipasang di bawahnya.

Selanjutnya, kapak digunakan untuk menyayat secara diagonal pada kulit kayu, sehingga “mengeluarkan darah” pohon dan menyebabkan resinnya mengalir ke dalam pot.

Ketika pot itu penuh, mereka menuangkan getah ke kontainer penampungan yang lebih besar.

Produsen kemudian mengirim kontainer itu ke pabrik untuk memulai proses penyulingan, yaitu mengekstrak terpentin resin.

Ketika terpentin cair dihilangkan, resin berubah menjadi kental dan kekuningan yang kemudian mengeras ketika mendingin dan berubah menjadi seperti batu amber yang mengilap.

Kebanggaan lokal

Selama puncak resin pinus Spanyol pada tahun 1961 yang mencapai 55.267 ton resin diekstraksi, lebih dari 90% berasal dari hutan Castilla y León.

Dalam beberapa dekade sejak itu, kurangnya permintaan dan penurunan tajam harga menyebabkan produksi terus menurun.

Bahkan, resin pinus hampir menghilang pada 1990-an, membuat banyak orang khawatir bahwa tradisi Spanyol yang mengakar ini akan juga segera berakhir.

Di Castilla y León, resin tidak hanya menjadi jalur kehidupan ekonomi masyarakat pedesaan, tetapi juga sebuah budaya transaksi perdagangan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Bicaralah dengan penduduk setempat dan Anda akan segera menyadari bahwa hampir setiap keluarga memiliki setidaknya satu orang yang telah menyadap pohon, atau terlibat dalam penyulingan.

Sebagian besar kegiatan ekonomi dan sosial di kota-kota ini selalu ditandai oleh industri resin, dan masyarakat memegang warisan ini sebagai bagian penting dari budaya mereka.

Alternatif ramah lingkungan untuk minyak?

Menurut beberapa penelitian, pada tingkat ekstraksi saat ini, cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis sekitar tahun 2050.

Namun, Blanca Rodríguez-Chaves, wakil dekan fakultas hukum di Universitas Otonom Madrid dan ahli dalam kebijakan lingkungan, percaya bahwa resin dapat memberikan alternatif yang memadai.

Rodríguez-Chaves berpendapat, sebagian besar produk yang dibuat dengan minyak bumi — seperti plastik, misalnya, yang tidak dapat terurai secara hayati — juga dapat dibuat dengan resin pinus dan lebih mudah terurai.

“Resin adalah minyak dunia saat ini dan di masa depan. Tujuannya agar semua penggunaan minyak bumi digantikan oleh resin,” katanya.

“Plastik sudah dibuat dari resin. [Digunakan] dalam industri kosmetik dan farmasi di samping semua aplikasinya dalam konstruksi atau dalam pembuatan pernis dan lem.

“Hutan adalah pemasok besar sumber daya dan energi terbarukan yang memungkinkan [kami] untuk menggantikan produk minyak bumi, dan di sini resin memainkan peran utama.”

Rodríguez-Chaves juga percaya, potensi resin pinus yang belum dimanfaatkan bisa berarti hal besar bagi Spanyol.

“Resin Spanyol memiliki kemurnian tertinggi di dunia dan, saat ini hanya Portugal dan Spanyol yang memproduksi resin di Eropa.”

Kembali ke pedesaan

Selain manfaat lingkungan, para pendukung resin pinus juga percaya material itu bisa menawarkan solusi atas eksodus pedesaan Spanyol.

Menurut sebuah laporan oleh Bank of Spain, 42% wilayah pedesaan di negara itu terkena dampak depopulasi, karena semakin banyak anak muda yang meninggalkan pedesaan untuk mencari peluang kerja yang lebih baik di kota.

Fenomena ini diperparah di Castilla y León, di mana 80% kota di 14 provinsi lokal dianggap “beresiko kepunahan”.

Namun, karena ketertarikan yang baru ditemukan pada getah pinus, beberapa anak muda telah mulai kembali ke wilayah tersebut untuk mencari pekerjaan.

Guillermo Arranz adalah salah satunya. Dia tinggal dan bekerja di Cuéllar (Segovia) dan merupakan generasi keempat pekerja resin di keluarganya.

Komentar