Soal Status Teroris Houthi Yaman Dihapus, Arab Saudi Nyesel dan Kecewa, Percaya Amerika Serikat

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Pemerintah Arab Saudi menyatakan pihaknya kecewa telah percaya kepada Amerika Serikat (AS) mengenai perdamaian negara-negara teluk. Hal ini terjadi lantaran Washington yang menghapus status teroris pemberontak Houthi Yaman.

Mantan Duta Besar Saudi untuk Inggris yang juga ahli intelijen, Pangeran Turki Al Faisal mengatakan bahwa Houthi masih merupakan ancaman regional yang berbahaya. Pemberontak yang didukung Iran itu bahkan disebutnya telah membawa ancaman bagi dalam negeri Saudi.

“Saudi menganggap hubungan ini strategis, tetapi mereka kecewa pada saat kami percaya bahwa Amerika Serikat dan Arab Saudi harus bersama dalam menghadapi apa yang kami lihat sebagai ancaman bersama terhadap stabilitas dan keamanan kawasan,” ujarnya kepada Arab News, Senin (2/5/2022).

Hubungan antara AS dan Saudi sendiri juga diketahui merenggang karena isu pembunuhan jurnalis Jamal Khassoggi. Presiden AS Joe Biden menyebut bahwa dalang pembunuhan ini adalah Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS).

Wall Street Journal pekan lalu melaporkan bahwa MBS pernah meneriaki salah seorang jajaran kabinet Biden. Dalam momen itu, dilaporkan MBS hanya mengenakan celana pendek.

“Hubungan Arab Saudi dan AS telah mencapai titik terendah dalam beberapa dekade,” tulis Wall Street Journal dikutip Selasa (26/4/2022).

“Putra Mahkota MBS meneriaki penasihat keamanan nasional Jake Sullivan selama pertemuan tahun lalu, ketika pejabat AS membahas pembunuhan kolumnis Jamal Khashoggi,” tambah media tersebut.

“MBS, yang mengenakan celana pendek, tampak santai di awal pertemuan tetapi mengakhiri dialog dengan meneriaki Sullivan … menambahkan bahwa dia tidak pernah ingin membahas masalah itu lagi,” tulis media itu lagi.

Komentar