Trump Guncang Pasar Asia, Dolar AS Bertahan di Atas Rp16.300

JurnalPatroliNews – Jakarta – Usai pelantikan sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump langsung membuat gebrakan dengan menaikkan tarif impor sebesar 25% untuk produk asal Kanada dan Meksiko. Langkah ini memicu kepanikan di pasar keuangan global, khususnya di kawasan Asia.

Kebijakan tarif baru ini memukul nilai tukar Dolar Kanada dan Peso Meksiko. Dolar Kanada melemah hingga 1,4%, terpuruk ke level 1,4515 per Dolar AS, sementara Peso Meksiko juga jatuh sebesar 1,4% ke posisi 20,7950 per Dolar AS. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh kedua mata uang tersebut, tetapi juga merembet ke mata uang utama dunia dan Asia.

Di kawasan Asia, mata uang mengalami tekanan jual yang signifikan. Rupiah, yang sempat mencoba menguat, akhirnya berbalik arah dan tertekan sebelum kembali stabil. Pada perdagangan sore, Rupiah berada di level Rp16.330 per Dolar AS, mencatatkan penguatan tipis sebesar 0,15% setelah sebelumnya menyentuh titik terkuat di Rp16.279 per Dolar AS.

Mata uang Asia lainnya juga menghadapi tekanan, dengan hanya beberapa yang berhasil bertahan di zona hijau, seperti Yuan China, Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Rupiah. Di antara mereka, Ringgit mencatat penguatan tertinggi hingga 0,5%.

Investor Pantau Kebijakan Trump
Pelaku pasar di Asia kini mengalihkan fokus mereka ke perkembangan kebijakan lanjutan dari pemerintahan Trump. Keputusan-keputusan yang dianggap mengejutkan ini diprediksi akan memengaruhi pergerakan pasar global dalam waktu dekat.

Minimnya data ekonomi regional juga memperbesar pengaruh kebijakan Trump terhadap pasar. Sepanjang pekan ini, hanya ada beberapa agenda rilis data ekonomi penting, seperti indeks PMI di AS dan Eropa pada akhir pekan, serta data penjualan ritel Kanada yang dijadwalkan rilis Rabu mendatang.

Investor global kini menunggu langkah selanjutnya dari Washington, dengan harapan dapat memetakan arah pasar ke depan di tengah ketidakpastian yang meningkat.

Komentar