Vaksin Harapan Untuk Melawan Virus Corona, Ilmuwan Ungkap Kemungkinan Keterbatasan Vaksin Pertama

JurnalPatroliNews-Jakarta – Infeksi virus corona (Covid-19) kian hari terus saja bertambah sekalipun pelbagai pencegahan tak henti dilakukan. Kemunculan vaksin pun pada akhirnya jadi harapan untuk membendung virus penyebab Covid-19 tersebut.

Berdasar data yang dihimpun Johns Hopkins University, hingga Selasa (16/6) sudah lebih 8 juta orang di dunia terinfeksi virus yang menyerang sistem pernapasan ini.

Pengembangan vaksin virus corona pun tengah dikembangkan berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun ilmuwan mengingatkan, vaksin Covid-19 yang pertama sangat mungkin memiliki keterbatasan.

“Apa itu perlindungan terhadap infeksi? Apa perlindungan terhadap penyakit? Apa perlindungan terhadap sakit yang berat? Ini mungkin sebuah vaksin yang hanya melindungi dari sakit berat yang bakal berguna,” ungkap Robin Shattock, profesor Imperial College London yang memimpin pengembangan percobaan mengutip dari The Sydney Morning Herald.

Berdasar data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di antara banyak ‘senjata’, vaksin dikenal paling efektif melawan penyakit infeksi. Dengan vaksin, sebanyak 3 juta kematian bisa dicegah tiap tahun.

Apalagi untuk kasus ini, salah satu yang membuat penanganan Covid-19 cukup alot adalah penularan virus dapat dilakukan oleh orang tanpa gejala (OTG). Keberadaan vaksin tentu penting untuk menekan atau bahkan menghalau infeksi.

Vaksin bekerja dengan menghadirkan sistem kekebalan dengan bantuan injeksi virus (atau bagian penting darinya) yang dinonaktifkan kemudian mempersiapkan tubuh untuk merespons ketika paparan terjadi. Saat ada paparan, antibodi (protein imun) menuju virus dan menghentikannya masuk ke sel.

Kadang vaksin hanya meningkatkan sel T (sel kekebalan). Sel ini tidak melakukan banyak hal untuk mencegah infeksi akan tetapi bisa memperlambat dan menghentikan perkembangan virus atau paparan.

Melansir dari Fox News, hingga 9 Juni 2020 WHO mendata ada 136 kandidat vaksin. Sebanyak 10 di antaranya masuk kategori di bawah evaluasi klinis.

Beberapa perusahaan farmasi berjibaku menciptakan vaksin. AstraZeneca yang bermitra dengan Oxford melaporkan akan mulai mengirimkan beberapa untuk Inggris setelah September, kemudian Amerika Serikat di bulan setelahnya.

Sementara Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing pada akhir pekan lalu mengatakan hasil pengujian virus corona pada manusia mendukung kemajuan untuk studi tahap akhir.

Anthony Fauci dari National Institute for Allergy and Infectious Diseases (NIAID) bekerja sama dengan Moderna dalam mengerjakan vaksin. Pada Kamis (11/6), mereka mengumumkan target utamanya adalah menciptakan vaksin untuk mencegah orang yang mengalami gejala, baru target kedua adalah mencegah infeksi.

Di sisi lain, Food and Drug Administration (FDA) AS mempertimbangkan opsi untuk vaksin yang mencegah penyakit. Michael Felberbaum, juru bicara FDA berkata vaksin pencegahan penyakit ini diharapkan memiliki data pendukung soal manfaat vaksin.

“Untuk lisensi, kami tidak mengharuskan vaksin melindungi dari infeksi,” ungkap Michael Felberbaum.(/lk/)

Komentar