Parkir 60 Ribu Per Jam

By  :  Zeng Wei Jian

 

Pola pikir Balai Kota Jakarta dikuasai LSM & Klik Sunda Kelapa. Munafik. Mulut berkata ngga politik praktis. Tapi Pro Nurmansyah Lubis & denigrade Ariza Patria.

Sentral Government ngasi hutang 12,5 triliun buat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) kepada Jakarta. Sebagai “stimulus gerak ekonomi”.

PAD Bolong. Covid-19 ngamuk. Tempat hiburan collaps. Toko-toko tutup. Pemprov panik. Milih modus “Cis an Righ” atau The King’s Tax. Parkir diembat jadi 60 ribu per jam.

Sialan…!! Pemda yang ngga punya otak. Car owners dijadikan sapi perah. Mercy & Avanza disamain.

Pemda Jakarta ngga berani rilis policy “freeze the car number”. Mengurai Congestion mestinya persulit car-ownership. Tekan pabrik mobil. Investing heavily in the country’s public transport network. Seperti Singapore menambah 41 stasiun MRT dalam 6 tahun. Upgrade sistem transportasi. Expanding city network 50%. Bikin nyaman public transport. Jaga security. Bukannya nyuruh naik sepeda di terik matahari & deru debu pollutant. Full of radical bebas. Alih-alih sehat, kena kanker kulit. Khas NGO-minded.

Udara bersih di Singapore. Beberapa orang gowes sepeda sampe Gerbang MRT. Disediakan parking lot sepeda. Di Jakarta, sepeda-sepedanya masuk Gerbong MRT.

Di Coppenhagen Nordic city, sepeda jadi simbol persamaan kelas. Di Jakarta, sepeda jadi status sosial. Iki lho gue mampu beli road bike puluhan juta rupiah.

Car ownership di Singapore sebesar 11%, Amerika 80%, Eropa 50%, Jakarta ngga tau. Datanya sulit diakses.

Singapore’s road 12% dari total land area. Ada 1 juta mobil merayap; 600 ribunya private car termasuk rented, Uber dan Grab. Taxi online ikut memperkeruh congestion Jakarta. Tengah hari bolong ngider cari penumpang. Pemda Jakarta ngga bisa apa-apa kecuali parkir 60 ribu/jam.

Di Zaman Gubernur Jarot, warga pedalaman Glodok ngga berani parkir mobil di depan rumah. Ngga punya garasi kok beli mobil. OKB ngga tau diri.

Sekarang chaoz lagi. Ngga punya garasi, beli mobil. Parkir depan rumah. Makan sekian persen jalan yang sempit. Tapi yang disasar Pemda Jakarta: Parkiran di Mangga Besar.

Parkir mahal sumber duit gampang. Kelompok preman makin giat rebutan lahan. Toko roti, pijat reflexiology, resto bakmi, gerai onderdil di sepanjang Jl. Gajah Mada – Hayam Wuruk terdampak. Butterfly effect. Covid-19 turunkan daya beli. Ditambah rusak oleh parkir 60 ribu/jam.

Alih-alih stimulus ekonomi via dana PEN, satu dinas dari Pemda Jakarta mematikan geliat perputaran ekonomi yang sudah sulit.

THE END

Komentar