Saat itu, lanjut dia, Irfan memiliki alasan resmi keluar negeri untuk menghadiri sidang IATA dan World Air Transport Summit.
“Pokoknya kita seperti diajak untuk tidak usah risau. Apalagi panik. dan lagi, ingat: tanda-tanda baik sudah muncul. COVID-19 sudah reda. Dengan cepat. Orang sudah mulai suka terbang lagi,” katanya.
Garuda pun, sambung Dahlan telah mengeluarkan pernyataan pers tertulis. Isinya mengisyaratkan tetap tenang, karena Garuda sedang fokus melakukan restrukturisasi utang.
Dahlan menilai Garuda tidak menganggap perlu menanggapi serius pernyataan Kementerian BUMN soal ‘kalau perlu dibubarkan’ itu.
“Pernyataan Kementerian BUMN sendiri diucapkan oleh Wakil Menteri II Kartika Wirjoatmodjo. ‘Kalau kita restrukturisasi itu mentok, ya kita tutup Garuda Indonesia. Tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara. Nilai utangnya terlalu besar’ ujar Kartika,” begitu beber Dahlan.
Restrukturisasi Garuda Indonesia, lanjut dia, saat ini memang tidak bisa dianggap kecil. Dahlan mengungkapkan nilainya mencapai Rp70 triliun. Sedangkan yang belum jatuh tempo masih sekitar Rp70 triliun lagi.
Memang lanjut Dahlan, Garuda punya gaya negosiasi sendiri. Memang ada juga yang mulai berhasil. Utang Garuda ke-9 lembaga bisa dijadwal ulang. Sembilan lembaga itu antara lain adalah Pertamina dengan utang bahan bakar sekitar Rp12 triliun, Angkasa Pura dengan utang untuk biaya landing dan take off sekitar Rp3 triliun dan kepada bank-bank milik BUMN sendiri.
Komentar