Gajah Mada Penuh Perjuangan Dan Akhir Hidupnya?

JurnalPatroliNews Buleleng -Mengenal Lebih Dekat dengan Gajah Mada Sang Mahapatih Majapahit
17 JULI2021, Gajah Mada adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman Majapahit. Ia memulai karinya di Majapahit sebagai bekel. Karena keberhasilannya menyelamatkan Prabu Jayanegara (1309 – 1328) dan mengatasi pemberontakan Ra Kuti yang paling berbahaya dalam sejarah Majapahit, ia diangkat menjadi Patih Kahuripan 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.

Pada tahun 1329, Patih Majapahit, Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Lalu ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Namun, Patih Gajah Mada tidak menerimanya dengan mudah.

Patih Gajah Mada ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberontakan terhadap Majapahit.

Singkat cerita, Keta dan Sadeng pun akhirnya takluk. Kemudian Patih Gajah Mada diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi sebagai Patih Majapahit tahun 1334.

Pada waktu pengangkatannya, Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia akan menikmati palapa atau rempah rempah (kenikmatan duniawi) jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Berikut isi sumpah palapa dalam Kitab Pararaton,

“Sira Gajah Mada Pepatih Amungkubumi Tan Ayun Amukti Palapa, Sira Gajah Mada Lamun Huwus Kalah Nusantara Ingsun Amukti Palapa, Lamun Kalah Ring Gurun, Ring Seram, Tanjungpura, Ring Haru, Ring Pahang, Dompo, Ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, Samana Ingsun Amukti Palapaâ.”

Yang artinya: “Selama Aku Belum Menyatukan Nusantara, Aku Takkan Menikmati Palapa. Sebelum Aku Menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Pulau Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Pulau Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang Tumasik, Aku Takkan Mencicipi Palapaâ.”

Walaupun ada sejumlah orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memng hampir berhasil menaklukkan nusantara. Bedahulu (Bali dan Lombok), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringan, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350 – 1389) yang menggantikan Tribuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur sampai tahun 1357 seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar, Solor, Bima, Wandan, Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Titik balik kesuksesan karir Mahapatih Gajah Mada terjadi ketika Peristiwa Bubat (Perang Bubat). Ketika Sumpah Palapanya hampir sempurna dibuktikan, Gajah Mada justru menggagalkan ambisinya sendiri.

Dalam Kidung Sunda diceritakan, bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka, Putri Sunda sebagai permaisurinya. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu.

Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal itu, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara Pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat (tempat penginapan rombongan Sunda). Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran tersebut. Akibat peristiwa itu, Mahapatih Gajah Mada diberhentikan dari jabatannya.

Namun, dalam Negarakertagama diceritakan hal yang sedikit berbeda, dimana Prabu Hayam Wuruk sangat menganugrahkan dukuh Madarikapura kepada Patih Gajah Mada sebagai rasa hormat yang terah berbakti kepada negara.

(* – TiR).-

Komentar