Nggak Bercanda, Ini Bukti Uang Jadul RI Laku Ratusan Juta

JurnalPatroliNews – Jakarta, Hobi mengumpulkan uang kuno rupanya dapat menghasilkan cuan. Meski sudah tidak lagi bisa digunakan untuk transaksi masa kini, uang kuno mata uang rupiah ternyata memiliki nilai investasi yang cukup fantastis.

Yohanes Dicky, kolektor uang kuno, membenarkan hal tersebut. Ia kini bisa mendapatkan ratusan juta dari hobi yang dilakukan sejak Sekolah Dasar (SD).

“Investasinya mungkin sudah mencapai Rp 300 juta sampai Rp 400 juta, karena ngumpulinnya dari kecil,” kata Yohanes kepada CNBC Indonesia, Jumat (10/9/2021).

Pria berusia 23 tahun ini punya hobi mengumpulkan uang kuno sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Ketertarikannya terhadap uang kuno berawal tatkala dirinya suka diberi ‘angpao’ dari keluarga dan koleganya.

Berbeda dari anak kecil yang lain yang biasanya selalu menghabiskan uangnya, Yohanes justru menyimpan sebagian uang yang sudah diperolehnya itu, sehingga ia memiliki banyak koleksi uang. Dari semua seri rupiah yang pernah terbit, ia mengakui memiliki semua serinya.

Uang Kuno Hingga Rupiah Lama

Pria yang kini tinggal di Purwokerto ini mengaku banyak mendapatkan uang kuno dari antar sesama teman komunitasnya atau mendapatkan koleksinya di Pasar Klithikan Yogyakarta saat ia tinggal di kota tersebut.

Berdasarkan pengalamannya, Yohanes mengatakan uang kuno yang paling banyak dicari di kalangan kolektor adalah uang Gulden zaman penjajahan Belanda. Antara seri tahun 1930-an hingga zaman sebelum Indonesia Merdeka atau di bawah tahun 1945.

Kemudian yang paling banyak dicari adalah Rupiah yang sengaja dicetak Bank Sentral saat hari-hari peringatan tertentu. Namun diakuinya, uang-uang peringatan khusus RI zaman dahulu sulit didapatkan.

“Yang paling banyak dicari biasanya dari Zaman Belanda, uang yang terbit pada Tahun 1930-an, uang dalam seri wayang itu benar-benar langka. Jepang juga cukup langka koinnya. Kalau Rupiah yang paling banyak dicari itu uang-uang peringatan,” jelas Yohanes.

Semakin langka barangnya, maka semakin mahal harganya. Per lembar atau koin uang yang langka barangnya, harganya bisa untuk membeli satu buah mobil Toyota atau Honda baru.

“Yang Belanda bisa beli mobil per lembarnya itu, yang seri Wayang. Sekarang masih seharga ratusan juta per lembarnya. Karena memang jarang yang punya, jarang yang keluarin atau bersedia dijual,” tuturnya.

“Kalau uang Rupiah kertas yang banyak dicari itu gambar Barong Bali yang ada di pecahan Rp 10.000, itu cukup susah dicari, harganya bisa jutaan hingga ratusan juta, tergantung kondisi. Yang lebih mahal lagi seri hewan tahun 1970-an, itu pecahan Rp 5.000 ada gambar banteng, harganya bisa Rp 60 juta sampai Rp 70 juta,” kata Yohanes lagi.

Sementara uang-uang tahun 1990-an, seperti uang Rp 500 gambar orangutan, menurut Yohanes nilainya masih terbilang belum tinggi untuk dijadikan investasi.

Yohanes sendiri saat ini sudah memiliki semua seri rupiah sejak zaman dahulu kala hingga uang masa terkini edisi khusus yang diterbitkan langsung oleh Bank Indonesia dalam jumlah terbatas.

“Rupiah hampir semua sudah (dimiliki), dari zaman kemerdekaan sampai sekarang hampir semua sudah punya. Cuma beberapa yang mahal-mahal belum, karena perawatannya juga harus beda, gak bisa dimasukkan ke dalam album seperti uang-uang murah,” jelas Yohanes.

Beli Uang Rp 27 Juta

Pengakuan pria kelahiran 1 Agustus 1998 ini, semasa ia mengoleksi uang kuno harga termahal yang pernah ia beli justru uang terkini edisi khusus yang dilelang langsung oleh Bank Indonesia (BI), dibeli seharga Rp 27 juta.

Uang yang dibeli seharga Rp 27 juta tersebut adalah uang plano atau uang bersambung antar dua lembar atau lebih yang sengaja dicetak tanpa memotong kertasnya, sehingga uang-uang tersebut menyatu satu sama lain.

Uang plano tersebut sengaja dicetak demikian dalam jumlah terbatas untuk konsumsi para kolektor walaupun merupakan alat pembayaran yang sah

“Paling mahal yang pernah saya beli, uang plano kemarin Rp 27 juta. Itu dilelang BI bekerja sama dengan Balai Lelang di Jakarta. Plano selembar isinya 40 uang, nominalnya Rp 4 juta, tapi jadi satu kayak selembar kertas. Jadi berjejer-jejer Rp 100.000 gitu, tapi tidak digunting,” tukasnya.

(cnbc)

Komentar