Prof. Dr. Rudy Harjanto Paparkan Hambatan Komunikasi di Era Digital

Dikarenakan kemampuan teknologi individu yang tidak merata, digitalisasi komunikasi membuat masyarakat lebih rentan terhadap kesalahpahaman, baik melalui kesalahpahaman tentang cara menggunakan teknologi atau bahkan terkait dengan gangguan yang disebabkan oleh teknologi itu sendiri.

Kesalahpahaman ini, lanjut Prof. Rudy, memudahkan orang untuk salah paham satu sama lain, terutama ketika terlibat komunikasi dengan orang lain. Upaya komunikasi interpersonal dan komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan juga menghadapi masalah yang sama (Chomiak-Orsa dan Liszczyk).

“Ketersediaan informasi di masyarakat kita pada awalnya dapat dianggap sebagai kekuatan positif. Ini tidak diragukan lagi merupakan langkah besar dari kurangnya komunikasi yang dialami oleh generasi sebelumnya. Namun, masalah muncul ketika orang dihadapkan dengan lebih banyak informasi daripada yang mereka butuhkan,” jelas Prof. Rudy.

Data, menurutnya, menjadi semakin berlimpah dengan munculnya platform media sosial, yang telah menyebabkan ledakan hebat dari informasi yang sama yang dikemas ulang dan digunakan kembali berulang kali.

Kelimpahan informasi ini sering menjadi salah satu item tertentu di internet yang sering membuat perbedaan interpretasi. Sebagian besar informasi ini tidak relevan dan bahkan dapat menyebabkan beberapa efek negatif pada pengguna media sosial. Dalam hal ini, audiens membutuhkan lebih banyak waktu atau keterampilan untuk menyaring informasi yang paling berguna dan mengabaikan sisanya.

Sedangkan komunikasi menjadi positif jika lebih banyak pengirim yang optimis dan menghasilkan efek hiperpersonal yang dapat mengubah sikap kelompok dengan pemahaman yang berbeda terhadap satu sama lain.

Namun, efek hiperpersonal tidak mungkin terjadi ketika orang tidak saling percaya. Dan di dunia media sosial yang terkadang rumit, ketidakpercayaan adalah kemungkinan yang nyata.

Komentar