Yang tersisa adalah partai besar di masa lalu, yaitu Golkar, yang sekarang lemah dan sudah diobang-ambingkan faktor dan kekuatan eksternal. Juga PAN dan PKB sedang melakukan reorientasi kemana arah dukungan selanjutnya setelah KIB bubar. Momentum transisi ini sangat berpeluang besar bagi Golkar, dan PAN untuk membuat membuat poros ke-4 demi memperkuat ketahanan partai. Jika mengekor saja, maka partai pengekor tidak akan mendapat tambahan suara, kecuali dapat jatah menteri kemudian hari
Golkar pernah besar dan partai paling stabil pada saat ini. Golkar sebenarnya berkehendak untuk membuat debut  sendiri dan mengusung capresnya karena diharapkan akan berdampak pada elektabilitas partainya. Ini merupakan peluang untuk berkiprah mengusung pasangan sendiri sehingga bisa membuat peta politik baru menjadi 4 pasangan dan koalisi baru Golkar PAN cukup untuk mengusungnya.
Jika Golkar dan PAN bergabung dgn 6 koalisi partai dan mengusung prabowo, maka hanya akan menjadi partai pengekor. Dampak positifnya hanya akan dinikmati partai gerindra. Golkar tidak mendapat apa-apa dalam hal votes, kecuali jatah menteri. Itu pun jika menang.
Ini sebenarnya kesempatan atau peluang besar bagi Golkar dan PAN dan partai tengah lain untuk berkiprah mengusung calonnya sendiri. Jika Golkar mengusung Airlangga maka dinamika partainya akan hidup selama pilpres daripada mengusung kader partai lain. Wakil dari kader PAN Â bisa bergabung dengan golkar.
Apalagi jika Golkar berhitung matematis votes secara strategis mengusung kader barunya, Ridwan Kamil, sebagai calon presiden, maka suara jawa barat akan disapu bersih. Golkar akan mendapat manfaat besar dalam demokrasi terbuka ini.Â
Koalisi yang lebih tersebar menghindari dominasi kekuasaan yang otoriter seperti sekarang ini. Koalisi 82 persen di parlemen menyebabkan demokrasi terancam dengan wajah pemerintah dan aparat yang sudah otoriter.
Tentu strategi koalisi pilpres seperti ini dengan poros baru keempat akan menyebabkan pilpres dua tahap  masuk ke perputaran kedua. Dua pasangan akan lanjut, partai-partai yang kalah berada di posisi ketiga dan keempat akan berhitung lagi dengan pembentukan koalisi baru. Golkar dan PAN tidak akan kehilangan kesempatan berkiprah pada putaran kedua ini.
Ada tiga kemungkinan pasangan yang siap selama hampir setahun terakhir ini berdasarkan elektabilitas tiga calon yang ada. Dengan komposisi tiga pasangan calon tersebut, maka tidak mungkin pilpres berjalan satu putaran. Masuknya poros keempat PG dan PAN tidak akan mengubah kemungkinan itu sehingga keduanya, PG dan PAN bisa menjajal ikut pesta demokrasi di pilpres sehingga akan mengambil keuntungan elektabilitas partainya. Jadi, inisiatif poros keempat bisa dikatakan rasional dilihat dari kepentingan partai-partai yang terus bersaing satu sama lain.
Komentar