PANCA INDRA

kewajiban untuk mengasah panca indra. Panca indra ini selanjutnya dimatangkan agar tidak menyesatkan alam pikir. Berkaitan dengan hal ini, mereka yang selama ini mengagungkan “big data” hanya bagi kepentingan diri ataupun kelompoknya; maupun yang meminggirkan “big data” demi keuntungan kapital semata harus menyadari bahwa tindakannya akan dikalahkan oleh kematangan panca indra yang berpadu dengan rasa.

Hal inilah yang juga ditunjukkan para pendiri bangsa. Bung Karno misalnya, mematangkan panca indra melalui rasa cinta pada tanah air. Bung Karno berjuang bagi cita-cita politik bangsa, meski harus meringkuk di penjara dan dibuang puluhan tahun lamanya. Maka oleh kepekaan nurani dan kematangan panca indra, Bung Karno exist sepanjang bangsa ini ada. Bagi Bung Karno dedication of life adalah jiwanya. Maka ia menuliskan tanpa ragu: “Bahwa saya adalah manusia biasa. Saya dus tidak sempurna. Sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Hanya kebahagianku ialah dalam mengabdi kepada Tuhan, kepada tanah air, kepada bangsa. Itulah dedication of life-ku. Jiwa pengabdian inilah yang menjadi falsafah hidupku, yang saya nikmati dan menjadi bekal hidupku. Tanpa jiwa pengabdian ini saya bukanlah apa-apa. Akan tetapi dengan jiwa pengabdian ini saya merasakan hidupku bahagia dan membawa manfaat” (Sukarno, 10 September 1965).

Dedication of life tidak mungkin muncul tanpa kematangan panca indra, kematangan akal budi dan rasa. Semua menjadi satu. Jadi bagi mereka yang masih saja ngotot dengan kebenarannya sendiri, bagi kepentingannya, terlebih bagi yang begitu mudah mengatasnamakan rakyat untuk menyembunyikan kepentingan kekuasaannya, sebelum karma politik melanda, sebaiknya matangkanlah panca indra. Semua dengan laku, olah spiritual, dan kerendahan hati sambil mengucap janji untuk berdedikasi bagi bangsa dan negara. Tanpa itu, panca indra menjadi tumpul dan mematikan alam rasa. Sebab panca indra dalam kesejatiannya akan memancarkan sinar kebenaran tanpa manipulasi. Merdeka!!

Komentar