Tantangan PSI: Melewati Ambang Batas Parlemen Tanpa Bergantung Pada Koalisi, Ini Kata Pengamat!

JurnalPatroliNews – Jakarta – Setiap partai politik yang ikut serta dalam pemilu berharap untuk menempatkan anggotanya sebagai pengurus atau pekerja partai yang bertugas di berbagai tingkat pelayanan pemerintahan, baik legislatif maupun eksekutif. Intinya, tujuannya adalah untuk berkuasa.

Menariknya, pemilu serentak pada tahun 2024 dianggap sebagai pemilu paling rumit di dunia. Konsep pemilu serentak sendiri belum pernah dijalankan sebelumnya, sehingga tingkat kompleksitasnya cukup tinggi,” ujar Samuel F Silaen.

Silaen menjelaskan lebih lanjut, “Kali ini, penting untuk mempertimbangkan peran Partai Solidaritas Indonesia (PSI), sebuah partai non-parlemen atau sering disebut sebagai partai kecil yang tidak mencapai Ambang Batas Parlemen. PSI mungkin menjadi ‘pemakan tanaman’ politik, karena di mana pun mereka berkoalisi, mereka akan mencoba untuk mendapatkan keuntungan demi mempertahankan eksistensinya. Pertanyaannya, apakah PSI berhasil bertahan? Kita akan melihat hasilnya nanti,” ungkap mantan fungsionaris DPP KNPI.

Jika kita melihat kembali pemilu sebelumnya, PSI mencoba untuk bergabung dengan koalisi pada waktu itu. Apakah strategi yang sama masih relevan untuk melewati Ambang Batas Parlemen pada pemilu 2024? Jika mereka bergabung dengan PDI-P, kemungkinan besar akan sulit bagi mereka untuk ‘mencari makan’, karena basis massa PDI-P sulit untuk ditembus,” jelas Silaen.

“Berbeda dengan partai lain, PKS memiliki basis massa yang hampir serupa dengan PDI-P. Suara PKS cenderung stabil, dengan kenaikan yang relatif kecil. Partai-partai dengan basis massa yang mengambang di luar kedua partai tersebut, menjadi tanda tanya apakah PDI-P akan mengalami penurunan atau justru memimpin dalam pemilu 2024,” dugaan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA).

Yang terpenting adalah bagaimana partai-partai menjaga suara mereka di Tempat Pemungutan Suara (TPS) hingga hasil penghitungan suara selesai. Praktik rekayasa hasil perhitungan suara sering terjadi dalam politik, di mana suara bisa berubah tanpa jejak,” tambahnya.

PDI-P bisa berhasil memenangkan kontes legislatif dan pemilihan presiden jika semua tingkatan partai dipelihara dan dimotivasi kembali. Banyak yang telah kehilangan semangat karena drama internal partai dan campur tangan tokoh tertentu,” ungkap seorang alumni Lemhanas Pemuda 2009.

Ia menambahkan, “Seperti dalam pertunjukan sirkus, penonton terpesona oleh atraksi utama, namun seringkali lupa bahwa peran pendukung juga penting. Para elit PDI-P seharusnya fokus pada mobilisasi kader partai untuk mendapatkan suara sebanyak mungkin.”

Informasi mengenai upaya politik yang belum dapat dikonfirmasi menunjukkan bahwa partai yang berkuasa ingin mempengaruhi hasil pemilu dengan membantu calon anggotanya melalui berbagai cara, termasuk dana operasional dengan jumlah yang bervariasi,” pungkasnya.

Komentar