Tantangan Hiperealitas di Era Digitalisasi Menurut Prof. Rudy Harjanto

“Kita mungkin kini lebih percaya diri tampil di media sosial karena hadirnya aplikasi yang dapat mempercantik wajah dengan berbagai macam fiturnya. Hal itu disebabkan karena mereka mampu menunjukkan eksistensi mereka yang seperti tanpa celah, cantik/tampan, baik hati, bijak, dan disegani,”

“Rasanya kita semakin jauh untuk tampil apa adanya demi mencapai kesempurnaan ‘semu’ tersebut. Segala keindahan tersebut membuat mereka menjadi enggan untuk hidup secara nyata dalam kehidupan sosial mereka yang sebenarnya. Padahal segala kesempurnaan itu tidak akan berlaku untuk selamanya,” jelas Dewan Penasehat Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Jakarta tersebut.

Kini kita semakin sulit untuk membedakan mana kebenaran dan kebohongan pada apa yang ditampilkan dalam dunia maya karena diterjemahkan ke dalam perilaku sosial. Sementara efek utama dari karakteristik kepribadian dan situasi pada kemampuan bersosialisasi sudah memberikan efek interaksi kepada orang lain – dalam interaksi sosial kehidupan dan situasi nyata.

Perilaku yang memberikan efek terhadap kepribadian dan situasi, serta efek interaksi terhadap orang lain di berbagai situasi yang berbeda yang memerlukan kesesuaian dan transferabilitasnya ke domain perilaku lainnya.

“Penyesuaian dan transferabilitas ini berpotensi untuk menghalangi komunikasi yang efisien dapat disebut sebagai gangguan komunikasi. Gangguan komunikasi ini mungkin dapat mempengaruhi selektivitas dan mengalihkan perhatian komunikator, sehingga sulit bagi komunikator untuk menyampaikan informasi, dan menyebabkan menciptakan kegagalan dalam proses komunikasi,” jelas Prof. Rudy.

Komentar