JurnalPatroliNews – Jakarta – Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) membagikan pengalamannya tentang permintaan anak-anaknya, Prananda Prabowo dan Puan Maharani, untuk tetap bersabar menghadapi apa yang mereka sebut sebagai intimidasi kekuasaan.
Dalam acara konser besar Kampanye Salam Metal yang diadakan untuk mendukung pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud Md di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Sabtu (3/1/24), Megawati menyatakan kegeramannya terhadap intimidasi yang diyakininya dilakukan oleh pihak tertentu terhadap rakyat.
“Iya ibu hari-hari ini, apa ya, sama Mbak Puan, ini Mas Nanan, bilangnya gini ‘Mama sabar, sabar, sabar’. Ngomong sabarnya 3 kali loh,” ujar Megawati.
“Eh tapi lama-lama kok nggak sabar ya. Karena saya nggak bisa melihat bahwa yang namanya kekuasaan itu dipergunakan untuk mengintimidasi yang sama-sama rakyat Indonesia.”
Pada saat yang sama, Megawati menekankan pentingnya persatuan rakyat untuk melawan segala upaya memecah belah demi kepentingan kekuasaan. Ini adalah peringatan yang diarahkan kepada semua pihak.
Megawati juga mengajak para pendukung Ganjar-Mahfud untuk tidak takut menghadapi intimidasi dan tekanan yang ditujukan kepada rakyat.
“Bayangkan, kalian ini sebagai pewaris kemerdekaan ini seharusnya harus tahu, siapapun orangnya, kalau merasa sebagai warga negara Republik Indonesia, maka sebenarnya kita tidak boleh dipecah-pecah hanya karena berkeinginan melanggengkan kekuasaan. Betul apa tidak?.”
“Jadi kalau ada yang berniat-niat atau melakukan hal-hal yang merugikan rakyat Indonesia, apakah kamu takut? Apakah kamu takut?” tutur Mega yang dijawab ‘Tidak’ oleh massa.
Lebih lanjut, Megawati menekankan kepada seluruh aparat negara, termasuk Polisi dan TNI, bahwa mereka juga adalah bagian dari rakyat Indonesia.
“Kenapa (tidak takut)? Karena perundangan kita itu melindungi seluruh rakyat Indonesia dimana pun mereka berada. Apa dia presiden, apa dia menteri, apa dia namanya TNI, Polri. Dia adalah rakyat Indonesia ingat,” Tandasnya.
Komentar