Catatan Diskusi Publik “Puasa, Kesehatan Mental Dan Relevansinya Dengan Etos Kebangsaan Kita”

Prof Dr. Abad Badruzzaman menyampaikan bahwa setiap ritual ibadah diwajibkan karena untuk mendorong kesalehan sosial individu seorang muslim. Begitu juga halnya dengan ibadah puasa.

“Keterkaitan ibadah puasa dengan kesalehan sosial terlihat dari ayat Al Baqarah 183, yaitu dimulai dari kata shiyam yang bermakna ritual sedangkan orientasi sosialnya adalah la’allakum tattaqun, melahirkan pribadi yang bertakwa”.

Shalat memiliki dimensi sosial yaitu mencegah perbuatan buruk, keji dan munkar, tidak hanya sekedar ritual gerakan dan doa.  

“Salah satu ciri orang bermental sehat adalah bisa mengendalikan diri, mampu mengendalikan lisan, karena bagian yang paling menonjol saat berinteraksi dengan orang lain adalah lisan” ujarnya.

Dr. Mohammad  Subhi Ibrahim dalam paparannya menyatakan bahwa puasa merupakan ritual abadi dan ada di semua agama. “Puasa dibutuhkan oleh manusia agar seimbang mental dan jasmaninya”.

Dalam konteks puasa dan kehidupan bermasyarakat, puasa merupakan ritual ibadah yang mampu menumbuhkan etos kerja  yang mendorong etos kesadaran keTuhanan.

“Dengan berpuasa, umat Islam menjadi insan berintegritas dalam kondisi kesendirian saat berpuasa” ujarnya.

Selain itu, puasa juga mendorong transendensi diri (menjarakkan diri). Puasa memberi jarak manusia antara dirinya dengan keinginan yang merintangi diri.

“Puasa juga menumbuhkan sikap future oriented, sikap menunda kesenangan untuk mendapatkan kebahagiaan yang lebih tinggi di masa depan.” Pungkasnya. 

Komentar