Ini Penjelasan Erick Thohir, Soal Bankir Jebolan Mandiri Kuasai Bank BUMN dan Calon Direksi Mandiri?,

JurnalPatroliNews – Jakarta,  Bankir-bankir jebolan Bank Mandiri kuasai Bank BUMN. Buktinya, direksi Bank BNI, BRI, dan BTN pasti ada bankir dari Bank Mandiri.

Terbaru adalah keputusan Menteri BUMN Erick Thohir yang menempatkan lima bankir Bank Mandiri di Bank BNI. Yakni, Royke Tumilaar (Direktur Utama), Silvano Rumantir (Direktur Corporate Banking), David Pirzada (Direktur Manajemen Risiko), Muhammad Iqbal (Direktur Bisnis UMKM), Novita Widya Anggraini (Direktur Keuangan).

Pada Bank BTN ada empat bankir Bank Mandiri. Yakni Pahala Mansyuri (Direktur Utama), Setyo Wibowo (Direktur Enterprise Risk, Big Data & analityc), Jasmin (Direktur Distribusi dan Ritel Funding) dan Nixon Napitupulu (Direktur Keuangan).

Pada Bank BRI ada tiga bankir Bank Mandiri. Yakni Sunarso (Direktur Utama), Agus Sudiarto (Direktur Manajemen Risiko), Handayani (Direktur Konsumer).

 

Lantas apa alasan Erick Thohir menempatkan bankir-bankir Bank Mandiri di Bank BUMN? Simak dalam wawancara singkat di bawah ini:

Apa pertimbangan Kementerian BUMN mengganti direksi Bank BNI?

Pertimbangannya ada dua. Satu memang kalau kami lihat dari kondisi pada saat ini karena Covid-19, isu dari pada keuangan sangat penting. Keuangan itu termasuk perbankan. Nah kalau kita lihat kemarin BTN ada manajemen baru, dilihat performance BTN bagus kan? Sekarang kan meningkat. Betulkan?

Sama juga di BNI, saya kembali merasa perlu ada penyegaran karena BNI ini bank besar. Kami harapkan dengan adanya penyegaran ini, kinerjanya jadi lebih bagus. Seperti hari ini saya baru tahu bagaimana respons market terhadap saham BNI.

Saya melihat mungkin lebih medium term, jangka menengah walaupun didasari dengan data-data jangka pendek. Ini bukan salah dan benar, ini karena Covid-19 jangan sampai nanti ada bank Himbara yang dalam kondisi2 yang tentu performance-nya menurun. Pasti kuncinya manajemen.

Saya mengharapkan dengan manajemen yang baru, bisa lebih kompak sesama direksi, lebih kompak dengan komisaris. Itu kuncinya. Sama seperti di perusahaan BUMN juga, kalau antara direksi tidak kompak atau direksi-komisaris tidak kompak juga tidak bagus buat perusahaan BUMN tersebut.

Karena itu dari awal, kan Saya selalu bilang bahwa untuk mengawasi begitu banyak BUMN, saya perlu Dirut (direktur utama) dan Komut (Komisaris Utama yang kuat, yang bisa kerja sama, saling bantu, saling mengawasi, bukan berarti Komut menjadi direksi atau direksi yang tidak mau diawasi oleh komisaris.

Kompak itu termasuk kenapa akhirnya jajaran direksi BUMN banyak dari Bank Mandiri?

Enggak, kan begini, kemarin di awal pengurusan, mayoritas dari BNI kan. Kan cuma dua dari BRI. Nah kalau lihat juga sekarang background dari pada direksi yang masuk, walaupun dari Mandiri ada lima orang, tapi background-nya sebelumnya bukan di Bank Mandiri. Ada yang dari bank asing. Tapi Bank Mandiri merekrut mereka masuk Bank Mandiri. Jadi talenta yang diambil Bank Mandiri adalah talenta bagus.

Itu yang dari awal selalu saya bilang, saya sangat berharap bank-bank selain Bank Mandiri harus terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM), baik di BTN, BRI, atau pun di BNI.

Saya melihat bahwa kesempatan tetap diberikan kepada BNI, buktinya ada direksi BNI yang naik juga. Seperti sebelumnya, waktu di kepengurusan sebelumnya, banyak BNI yang muda-muda jadi direktur. Kalau lihat kombinasi di BTN atau BRI, kan tidak semua orang Bank Mandiri. Di BTN ada orang BTN, di BRI ada orang BRI. Jadi jangan dikotomi seakan-akan semuanya bankir Mandiri.

Tetapi kenapa banyak sekali Bankir Bank Mandiri di Bank BUMN?

Sekarang direksi yang lulusan bank Mandiri menjabat, itu yang saya selalu bilang, saya sangat berharap dari 142 BUMN bisa 10-15% juga menjadi excellence dari SDM. Ini yang kami harapkan, tidak boleh bergantung dengan beberapa BUMN. Sama Direktur Utama Bio Farma dari Telkom, Telkom menjadi salah satu tempat tapi tidak hanya dua, harus lebih banyak BUMN-BUMN yang bisa menelurkan SDM yang baik.

Apakah kinerja jadi salah satu pertimbangan perombakan direksi di BNI. Apakah hal sama juga diterapkan di BUMN lain?

Pasti, saya dari awal bilang dalam memilih direksi bukan suka atau tidak suka, tapi berdasarkan KPI (key performance index). Saya sangat mengharapkan direksi yang sudah menjabat sebelum saya dan baru menjabat zaman saya, mereka tidak boleh merasa aman dalam arti mereka harus merasa aman kalau KPI bagus. Kalau mereka KPI-nya tidak bagus, jangan merasa aman.

Saya tipe pemimpin yang benar-benar mengharapkan performance dari pada BUMN itu baik, apalagi dengan kondisi covid-19 di mana 90% kena.

Direksi Bank Mandiri siapa calonnya?

Belum, kok cepat-cepat.

Namanya sudah masuk ke Tim penilai akhir (TPA)?

Sudah.

(lk/ant)

Komentar