Pemerintah Seakan Tutup Mata, Pembeli Meikarta: Nasib Kami Jadi Gak Jelas, Bank Nobu Selaku Kreditur Juga Sewenang-wenang!

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Pemerintah Seakan Tutup Mata, Pembeli Meikarta: Nasib Kami Jadi Gak Jelas, Bank Nobu Selaku Kreditur Juga Sewenang-wenang!– Jakarta, – Ibarat memakan buah Simalakama, begitulah potret sedih para konsumen Meikarta yang perjuangannya sudah mentok. Selain pernah mengadu ke Presiden Jokowi, DPR, hingga negosiasi dengan Bank Nobu selaku pemberi kredit, juga tak membuahkan hasil.

Gerrits, salah seorang debitur Bank Nobu, yang melakukan KPA untuk satu unit apartemen di Meikarta, mengungkapkan, bahwa sebelumnya, Ia sudah berkali-kali mendatangi Bank Nobu, untuk bantu memberikan pilihan yang menguntungkan kedua belah pihak.

“Kami sudah berkali-kali ke sini (Bank Nobu), sebelum aksi ini. Malahan kami bantu mencari win-win solution. Contohnya, ini dulu ya. Kita nerusin cicilan tapi nggak mau di Meikarta nih, karena nggak jelas, kita tetap nyicil ke Bank Nobu, tapi kita nyicil ke yang lain (bukan Meikarta), misalnya apartmen lain atau perumahan lain yang lebih jelas. Tapi kita tetap lanjutkan cicilan. Mereka bilang ‘nggak mau’, Katanya karena beda Developer,” ungkapnya, Selasa (20/12/22).

“Oke, yang satu Developer, sama-sama Lippo. Kita minta pindah ke yang di Karawaci, kan satu developer, bisa dong (seharusnya). Tapi nggak bisa juga, katanya karena satu grup tapi beda Developer. Terus kami pertanyakan, (pada waktu) dulu itu,” lanjutnya.

Meski demikian, pada akhir negosiasi sebelumnya, Gerrits membeberkan, Bank Nobu malah menawarinya hunian mahal, yang juga berbeda Developer dengan Meikarta (PT Mahkota Sentosa Utama), Rolling Hills.

“Nah, (Bank Nobu) malah menawarkan Rolling Hills. Itu beda developer sama MSU, tapi satu grup. Mereka kasih opsi itu, ‘kalau yang nggak mau beli di Meikarta boleh pindah nyicil ke Rolling Hills’. Rolling Hills ini Perumahan bukan Apartemen, yang harganya cukup jauh bedanya dengan apartemen Meikarta,” bebernya.

“Hanya itu opsinya. Kan kita jadi kayak nggak dikasih opsi. Kita sudah cari win-win solution tapi dari mereka hanya ngasih opsi yang sangat merugikan kita. Padahal kita nggak ada salah ya. Kita ini bayar cicilan terus loh, rutin, nggak ada nunggak atau segala macamnya. Tapi kenapa yang kita peroleh itu seperti ini, bahkan bank itu seperti cenderung lepas tangan,” kesalnya.

Tak hanya itu, masih tutur Gerrits, jika Debitur telat bayar dikenakan denda, dan jika memutuskan untuk tidak melanjutkan cicilannya, uang yang sudah masuk ke Bank Nobu akan hilang begitu saja, tanpa adanya kejelasan apapun.

“Giliran kita nggak bayar, mereka kasih SP1, SP2, SP3. Kalau pembayaran nggak lancar kena denda. Kalau nggak diteruskan cicilannya uang kita hilang. Padahal yang bermasalahnya itu si developernya, tapi nggak diapa-apain, didenda juga engga. Tapi kita yang bayar, kita yang kena segala macamnya,” tandasnya.

“Bahkan ada temen kita, katanya unitnya sudah hilang gara-gara dia nggak mau nerusin cicilan. Udah hilang katanya duitnya. Jadi apa yang selama ini dia udah bayar hangus gitu aja,” pungkasnya.

Komentar