Vaksin Berbayar, Faisal Basri: Kalau Untungnya Rp100 Ribu Per Suntikan, Rentenya Rp17,2 Triliun

JurnalPatroliNewsJakarta – Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno Putro menyebut program vaksinasi Gotong Royong atau vaksin berbayar ditunda.

“Kami mohon maaf karena jadwal vaksinasi Gotong Royong Individu yang semula dimulai hari Senin, 12 Juli 2021 akan kami tunda hingga pemberitahuan selanjutnya,” jelas Ganti dikutip dari CNNIndonesia.

Untuk diketahui, berdasarkan aturan pemerintah, harga vaksin individu berbayar per dosis Rp321.660. Biaya ini ditambah dengan harga layanan vaksinasi berbayar Rp 117.910 untuk sekali penyuntikan.

Dengan begitu, harga per dosis vaksin individu berbayar yang dibebankan kepada penerima manfaat seharga Rp 439.570 per dosis. Sementara setiap orang mendapatkan injeksi sebanyak dua kali, sehingga harga paket lengkap vaksin berbayar Sinopharm itu mencapai Rp 879.140 per individu.

Nah, ekonom senior UI, Faisal Basri punya hitung-hitungan sendiri kalau bisnis vaksin ini dijalankan. Untuk diketahui, Faisal sendiri menolak adanya program tersebut karena dinilai tak beradab dan kenapa kok jadi ladang bisnis dalam kebijakan publik.

“Berdasarkan skenario awal, bayangkan betapa menggiurkan bisnis vaksin BUMN. Kalau untungnya Rp100.000 per suntikan, rentenya senilai Rp17,2 triliun. Makanya ada vaksin “gotong royong” (lebih tepat vaksin rente). Jangan sekali-kali melakukan privatisasi kebijakan publik. Jangan alihkan otoritas negara kepada korporasi swasta maupun BUMN serta organisasi pengusaha (Kadin).

“Tugas mulia BUMN itu adalah value creating bagi maslahat orang banyak, bukan value extraction alias berburu rente. Makanya ada Menteri BUMN,” kata Faisal dalam akun twitternya.

Komentar