Setelah 48 Tahun, Nyaris Punah Tari Cakter Tampil Memesona

Bersama Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, upaya melakukan revitalisasi sejumlah tari tradisional yang nyaris punah dimulai sekitar 2 bulan lalu.

“Ini kerja bareng, terkait tari Cakter ada dua narasumber utama sebagai ahli warisnya yaitu Pak Sugianto dan Mpok Atik (Ernawati). Saya terlibat lebih ke terkait penata musiknya,” ujar Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka, Wandasona Alhamd, Minggu malam.

Sekitar sepekan sebelum diperagakan, proses latihan dilakukan selama sepekan di Gedung Juang, Sungailiat.

Sebagai penari, ujar Wanda, adalah para guru dan tata usaha (TU) sekolah se-Sungailiat. Dia punya alasan tersendiri soal penari.

“Lebih mudah diorganisir, apalagi kita minta izin ke Dinas Pendidikan dan Cabdin terkait dispensasi kerja selama latihan. Intinya kompak latihan, kalau kompak proses latihan mudah. Yang repot kalau ada yang datang, ada yang tidak,” tutur Wanda.

Sebenarnya Wandasona adalah penari Cakter. Dia malah mendapat bimbingan langsung dari Muchtar Accros.

“Sekitar tahun 1993, saya masih SMP. Waktu itu seingat saya juga dipentaskan secara kolosal,” ujarnya.

Wandasona Alhamd adalah wartawan RRI Sungailiat, Pimpinan Sanggar Seni Lawang Budaya dan Ketua Seksi Seni, Budaya dan Pariwisata PWI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

“Skripsi saya di Jurusan Ilmu Komunikasi, STISIPOL Pahlawan 12, tentang makna simbol Tari Sambut Sepintu Sedulang,” ungkapnya.

Sanggar Seni Lawang Budaya Babel berhasil menoreh prestasi tingkat nasional dalam ajang Parade Tari Nusantara ke 39 TMII di Jakarta, Minggu (12/11/2023).

Melalui karya tari berjudul Bubung Tujuh, Sanggar Seni Pimpinan Wandasona Alhamd ini berhasil menyabet Penata Rias & Busana Terbaik dan 10 Penyaji terbaik, penata tari terbaik serta penata musik terbaik.

Komentar