Proyek Gas Raksasa, Pertamina Sepakati Harga 35% Saham Shell di Blok Masela

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN buka suara perihal pengambil alihan hak partisipasi atau participating interest (PIH) 35% milik Shell di Blok Masela.

Dikatakan bahwa PT Pertamina (Persero) telah menyepakati harga dari peralihan saham tersebut.
Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansyuri membenarkan bahwa Pertamina sudah menyepakati harga 35% saham Shell yang akan dialihkan tersebut. Namun sayangnya, ia enggan menyebutkan berapa nominal harga dari 35% saham tersebut.

“Antara kita sama Shell sudah disepakati berapa nilainya dan term waktu pembayarannya, nanti mengenai jumlahnya berapa tanyakan ke pihak Pertamina,” kata Pahala, usai acara 20th Anniversary CFA Society Indonesia “Indonesia’s Transition towards Net Zero”, di Jakarta, Kamis (6/7/2023).

Meskipun enggan membeberkan berapa harga dari 35% saham itu, Pahal bilang, Pertamina sudah melaporkan kesepakatan harga tersebut kepada pemerintah.

Kelak, pelunasan pembelian 35% saham itu akan dilakukan dalam dua kali. “Pertamina sudah melaporkan sudah ada kesepakatan mengenai nilai dan akan dibayarkan dua kali pembayaran,” ungkap Pahala.

Sebagaimana diketahui, Pertamina dipastikan tidak sendirian dalam mengambil alih 35% saham milik Shell di Blok Masela itu. Dikabarkan bahwa Pertamina akan menggandeng perusahaan BUMN migas asal Malaysia yaitu Petronas. “Mengenai Petronas, masih akan dibicarakan lagi,” tutup Pahala.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengungkapkan besaran masing-masing kepemilikan hak partisipasi di Blok Masela ini.

Dwi menyebut, Pertamina akan memiliki 20% hak partisipasi di Blok Masela, dan Petronas sebesar 15%.
“Kalau tidak salah rencananya mungkin ini tergantung nanti terakhir mereka, kalau ga salah 20% Pertamina, 15% Petronas,” ucap Dwi saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (03/07/2023).

Dia mengatakan, bergabungnya Petronas untuk mengakuisisi hak partisipasi Shell ini untuk mengurangi beban Pertamina.

“Tapi ini kita ga tahu terakhirnya, kan ini rencana semua, nanti pada saat di SPA (Shares Purchase Agreement)-nya mau ditandatangani ini apakah memang langsung bertiga, apa Pertamina ke sini dulu nanti sangat tergantung dengan awal begitu, kan beban Pertamina juga gak terlalu tinggi ya,” tuturnya.

Asal tahu saja, Blok Masela merupakan proyek gas raksasa yang ada di Maluku. Proyek ini diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 19,8 miliar, belum termasuk penggunaan teknologi CCUS tersebut.

Bila penerapan teknologi CCUS bisa meningkatkan investasi sekitar US$ 1,4 miliar, artinya investasi proyek gas Blok Masela ini bisa melonjak menjadi US$ 21,2 miliar atau sekitar Rp 318 triliun (asumsi kurs Rp 15.000 per US$).

Blok Masela ini merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan perkiraan produksi gas sebesar 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Proyek ini dikelola oleh Inpex Masela Ltd yang bertindak sebagai operator dan memegang hak partisipasi 65% dan 35% masih dipegang oleh Shell.

Inpex dan mitranya nantinya akan membangun Kilang Gas Alam Cair (LNG) di darat yang mulanya ditargetkan sudah bisa beroperasi pada 2027. Terbaru, operasional proyek ini diperkirakan mundur menjadi 2029.

Komentar