100 Tahun Nahdlatul Ulama: Mempersiapkan Pemimpin Bangsa Berkearifan Lokal Yang Berwawasan Global

JurnalPatroliNews – Jakarta – Tanggal 31 januari 2023 adalah tanggal yang sangat penting bagi para Nahdliyin, karena di tanggal tersebut, dinamika dan perjalanan panjang Nahdlatul Ulama telah mencapai usia 1 abad. Bukan waktu yang sedikit, hitungan abad merupakan waktu yang sangat panjang. Tentunya dalam usia ke 100 ini, kita semua berharap agar Nahdlatul Ulama menjadi organisasi yang semakin matang, semakin mapan dan mampu berkontribusi bagi bangsa dan negara.

Sesuai dengan pemahaman Hubbul Wathan Minal ‘Iman, bagi warga NU persoalan Bela Negara sudah selesai. Artinya, semangat wawasan kebangsaan sudah menyatu dalam relung kalbu setiap warga NU. Jika masalah ini sudah dianggap selesai, lalu what next? apa yang akan diharapkan dari generasi muda bangsa ini khususnya warga NU yang sudah meyakini wawasan kebangsaan ini?

Indonesia merupakan negara dan bangsa Multikultur yang sangat beragam. Tentunya kemungkinan terjadinya berbagai gejolak dan potensi perpecahan. Hal inipun merupakan salah satu bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan yang dihadapi bangsa Indonesia pada umumnya dan warga NU pada khususnya. Namun jika kita memahami dan mampu mengimplementasikan prisip dasar NU yaitu Tawasuth (moderat), Tawazun (seimbang), I’tidal (adil) dan Tasamuh (toleran), maka kita akan mudah membina hubungan baik dengan siapa saja tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan di dalam masyarakat.

Dalam menyongsong New Era ini, hampir semua aspek kehidupan kita sudah memasuki Dunia Digital. Sebuah terobosan yang progresif sudah dilakukan oleh Gus Yaqut, Ketua Umum GP Anshor, yakni membangun konsep Metaverse yang diterapkan dalam sistem keorganisasian GP Anshor, yang kemudian kita kenal sebagai Anshorverse. Jika kita cepat menangkap sinyal tersebut, artinya langkah yang sudah dibangun oleh Gus Yaqut tersebut merupakan sebuah implementasi dalam mengantisipasi cepatnya perkembangan teknologi digital dunia, yang pastinya akan berdampak terhadap generasi muda NU.

Secara faktual, teknologi bisa menjadi pisau bermata dua. Jika dimanfaatkan secara positif akan membawa manfaat bagi masyarakat banyak, begitu pun sebaliknya. Jika kita menyadari bahwa dunia ini sudah memasuki babak Metaverse, maka kita dituntut untuk bersikap fleksibel, dan cerdas dalam menyikapi dinamika yang terjadi ini. Platform digital yang sudah terbangun ini sebaiknya ditindaklanjuti dengan membangun kekuatan jaringan digital di dalam sistem organisasi tubuh NU sendiri, yang mengarah kepada optimalisasi pemanfaatan Big Data serta penguatan basis data yang menggunakan sistem Block Chain.

Dengan basis data yang tertata rapi, sistem pendidikan di lingkungan NU bisa menggunakan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan dalam pola pendidikan, seperti yang kita kenal dalam format Ta’lim atau pengajaran tatap muka dan terjadi transfer of knowledge secara langsung, Ta’dib atau yang bersifat pelatihan dan hal-hal praktis yang terkait dalam pembentukan perilaku, dan Tarbiyah yang lebih mengarah kepada proses pendidikan yang bertahap. Jika teknologi ini mampu mendukung proses pembentukan pribadi masing-masing dari generasi muda NU ke depan, maka harus dibangun sebuah “payung” konsep pendidikan generasi muda NU yang berorientasi kepada konsep pendidikan kepemimpinan berbasis Teknologi Digital.

Mengingat kondisi Indonesia yang Multikultur, negara ini membutuhkan pemimpin yang Tawadhu, pemimpin yang memiliki sikap rendah hati, namun bukan berarti rendah diri. Tawadhu dapat juga diartikan sebagai sebuah tindakan yang percaya diri, optimis, berani, serta tidak merasa diri kita lebih baik dari orang lain sekalipun memiliki banyak kelebihan, sehingga mampu menjadi katalisator bagi masyarakat yang beragam suku, ras dan agama, termasuk siap dalam menghadapi tantangan Geopolitik Global yang sering “dikemas” dalam bentuk Asymmetric Warfare atau Perang Asimetris.

Tidak ada cara lain dalam mengantisipasi berbagai serangan pihak asing yang sulit melacak siapa aktor dibaliknya, yaitu dengan melakukan penguatan kelokalan yang dirasa sangat penting. Pemahaman nilai-nilai lokal yang berorientasi kepada optimalisasi potensi usaha dengan menjadikan sumber lokal menjadi komoditas, akan sangat membantu penguatan ketahanan nasional kita.

Komentar