JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa sebagian besar proyek ketenagalistrikan baru di Indonesia yang direncanakan hingga tahun 2034 akan bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT).
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2025-2034, diperkirakan sekitar 60% dari total pembangkit listrik baru yang akan dibangun dalam sepuluh tahun ke depan akan berasal dari EBT.
“Dalam RUPTL yang akan disusun untuk periode 2025-2034, kami menargetkan 60% dari pembangkit listrik baru akan berbasis energi baru terbarukan,” ujar Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat, 17 Januari 2025.
Pemerintah berencana untuk menambah kapasitas listrik nasional hingga sekitar 70 gigawatt (GW), dengan lebih dari separuhnya, sekitar 60%, berasal dari EBT. Bahlil juga menyebutkan bahwa pengesahan RUPTL 2025-2034 diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.
Menurut proyeksi dalam draf RUPTL, total investasi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan EBT diperkirakan mencapai Rp 1.100 triliun. Rincian investasi tersebut meliputi Rp 400 triliun untuk pembangunan jaringan listrik dan sekitar Rp 600-700 triliun untuk pembangunan pembangkit listrik.
Bahlil menambahkan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto, diperlukan peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang signifikan.
Dalam rapat koordinasi tingkat menteri pada Selasa, 14 Januari 2025, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa RUPTL terbaru akan memperlihatkan penambahan kapasitas listrik nasional sebesar 71 GW, dengan 70% di antaranya akan berasal dari sumber energi terbarukan.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya, air, angin, dan panas bumi, merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mendukung transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Namun, ia juga menekankan tantangan dalam mentransmisikan energi terbarukan, mengingat sumber energi ini seringkali berada jauh dari pusat permintaan seperti kota besar atau kawasan industri.
“Energi terbarukan memiliki karakteristik yang unik karena seringkali sumber energinya berada cukup jauh dari demand center seperti kawasan industri atau kota besar. Sehingga, bagaimana mentransmisikan energi listrik hijau ini juga membutuhkan perencanaan yang sangat matang,” tegas Sri Mulyani.
Komentar