Januari-April, Bencana Hidrometeorologi Paling Dominan

JurnalPatroliNews – Jakarta,– Bencana hidrometeorologi masih dominan terjadi di Indonesia sepanjang Januari hingga April 2021. Tercatat banjir paling sering terjadi pada periode tersebut. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 1205 bencana alam terjadi dari 1 Januari hingga 30 April.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun merilis bahwa hujan sebagai salah satu pemicu banjir dan longsor dan masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah pada Mei. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor paling dominan terjadi.

“Bencana banjir menjadi kejadian yang paling sering terjadi dengan 501 kali, disusul angin puting beliung 339 dan tanah longsor 233,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, Sabtu (1/5).

Dilihat dari periode waktu tersebut, total jumlah kejadian mengalami kenaikan satu persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan korban meninggal dunia dalam total jumlah mengalami kenaikan 1,83 persen.

Berikut ini rincian kejadian bencana alam periode 1 Januari hingga 30 April: banjir 501 kejadian, angin puting beliung 339, tanah longsor 233, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 97, gempa bumi 18, gelombang pasang dan abrasi 16 dan kekeringan satu.

Rentang periode tersebut bencana alam mengakibatkan korban meninggal 479 jiwa, hilang 60, luka-luka 12.900 dan menderita serta mengungsi hingga lima juta jiwa.

Bencana alam yang mengakibatkan korban meninggal tertinggi yaitu banjir sebanyak 267 jiwa, gempa bumi 117, tanah longsor 86, angin puting beliung tujuh, dan karhutla serta gelombang pasang masing-masing satu.

Sedangkan kerusakan fisik, BNPB mencatat bencana menyebabkan kerusakan sektor perumahan dengan katagori rusak berat 14.936 unit, rusak sedang 23.347 dan rusak ringan 83.629.

Bencana alam juga menyebabkan kerusakan pada fasilitas umum seperti tempat ibadah 1363 unit, fasilitas pendidikan 1350, perkantoran 494, fasilitas kesehatan 347 dan jembatan 295.

Menyikapi kejadian bencana, masyarakat diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ancaman bencana hidrometeorologi belum berakhir.

“Ini terbukti dengan kejadian tanah longsor di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara jelang akhir April lalu,” tutup Raditya Jati.

(askara)

Komentar